Dendam Konflik Poso
Author: Hasrullah
Category: Politics
Konflik Poso muncul saat keran partisipasi politik terbuka Iebar di masyarakat. Perebutan kekuasaan terjadi di Poso, di samping adanya ketimpangan struktural. Perebutan kekuasaan yang dilakukan para elite lokal memanfaatkan momentum masyarakat Poso yang sedang melaksanakan ibadah Ramadan dan peringatan Natal. Momentum religius ini diseret ke kancah politik yang berujung kepada konflik.
Ketika perseteruan menyentuh ranah agama sebagai dasar keyakinan umat, konflik pun tidak dapat dikendalikan lagi. Sebab, masalah agama mudah menyulut sentimen individu dan kelompok yang sangat sensitif dan berakibat terjadinya konflik berkepanjangan di Poso, sehingga tampak seolah-olah konflik antaragama. Akibatnya, terjadi dendam antarpenganut agama, pembantaian, dan lahirnya tragedi kemanusiaan.
Yang tersisa dari konflik Poso adalah sebuah pertanyaan yang belum terjawab tuntas, mengapa dan bagaimana konflik itu terjadi? Banyak pihak berspekulasi, konflik tersebut terjadi karena perseteruan antarumat beragama, pertarungan antarelite lokal, dan sebagainya. Dalam Dendam Konflik Poso, Hasrullah yang terjun ke lapangan di tengah ledakan bom di daerah itu “memotret” konflik dari sisi pesan komunikasi politik para elite dua agama dan melengkapinya berdasarkan kacamata deklarator Perdamaian Poso.
“Penyebab Konflik Poso bukan kriminal, melainkan konflik struktural. Perkelahian atau kriminal hanya pemicu. Elite yang berbeda agama yang menyebabkan timpang.” —M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Rl
“Mereka tidak mau berhenti bertikai, padahal akar persoalannya adalah rebutan jabatan pimpinan daerah, sebagai akibat dari pelaksanaan demokrasi yang tiba-tiba sangat terbuka tanpa pertimbangan keseimbangan.
Saya mulai melangkah mencari solusi damai pada akhir 2001, dengan mendatangi kedua kelompok dan memberikan pengertian bahwa ini bukan perang agama dan siapa yang membunuh orang tidak berdosa pasti akan masuk neraka. Konflik Poso dapat diselesaikan dalam lima belas hari dan dalam lima kali perundingan.
Akhir kata, saya menyambut baik pembahasan Saudara Hasrullah tentang konflik Poso dari perspektif komunikasi politik yang diterbitkan dalam bentuk buku dan dipublikasikan ini. Semoga kehadiran buku ini dapat menambah khazanah pengetahuan kita tentang resolusi konflik.” —M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia
“Sebagai karya yang membahas masalah konflik, buku ini sangat bermanfaat sebagai rujukan dalam memahami anatomi konflik di Poso pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Kita berharap buku ini dapat mempertebal kesadaran kita akan pentingnya kebersamaan dan persatuan. Selain itu, menciptakan rasa kasih sayang antaranak bangsa sekaligus mencegah terjadinya kekerasan dan konflik. Sebab, bangsa ini sudah terlalu lelah dijajah, apalagi didera konflik.” —Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. Rektor Universitas Hasanuddin
“Karya ilmiah Saudara Dr. Hasrullah, M.A. ini merupakan sumbangan berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu komunikasi, khususnya studi komunikasi politik di Indonesia.” —Prof. Dr. Harsono Suwardi, M.A. Guru Besar dalam bidang Komunikasi Politik