MetroPop Klasik: Perang Bintang

MetroPop Klasik: Perang Bintang

Author: Dewie Sekar

Category: MetroPop

Wira tidak merendahkanku, tapi aku merasa direndahkan. Wira tidak mengejekku, tapi aku merasa diejek. Tatapannya... apa artinya? Memangnya kenapa kalau aku janda? Apa Wira ternyata juga manusia berpikiran dangkal, yang menganggap janda hanya perempuan kelas dua yang suka menggoda pria? Oh, aku benci sekali memikirkan itu! Aku benci membayangkan apa yang Wira pikirkan tentang aku! Yang paling celaka, aku juga membenci diriku sendiri, lantaran jadi begini kacau hanya karena memikirkan apa yang Wira pikirkan! Ya ampun... tentu saja ini tidak boleh terjadi! Daripada naksir brondong bau kencur itu, lebih baik aku makan sepatuku sendiri! —Rezia Kartika, 30 Jatuh cinta kok sama janda... Janda cerai, lagi. Tiga tahun lebih tua, lagi. Sudah punya anak, lagi. Kayak nggak ada perempuan lainnya saja! Sudah pasti hal konyol macam ini tak boleh terjadi. Ya, kan? Bagaimana dengan reputasiku, coba? Apa kata orang nanti? Ha?! Hahaha! Sekarang aku jadi mirip Rezia: jadi ikut sok jaim memikirkan apa kata orang segala. Bah! Padahal, dari segi nama saja kami nggak jodoh kok. Kartika - Yudha... see? Kalau kami nekat menjalin hubungan, kujamin dunia akan meledak karena Perang Bintang! —Wira Yudha Nugraha, 27

No. GM :
619171016
ISBN :
978-979-22-2063-6
Price :
Rp 93,000
Total Pages :
392 pages
Size :
13,5x20cm
Published :
29 July 2019
Format :
Softcover
Category :
MetroPop
Jadilah yang pertama untuk mereview buku ini
Dewie Sekar

Dewie Sekar Hoedion lahir tanggal 23 Maret alias 15 Suro di kaki Gunung Sindoro-Sumbing, saat purnama melayari angkasa dan kelelawar beterbangan keluar dari sarangnya (sayangnya nggak pakai soundtrack lolongan serigala segala). Gemar membaca buku apa saja (termasuk buku-buku yang membuatnya puyeng dan/atau tak dipercayainya sepatah kata pun) dan jadi termotivasi untuk menulis karenanya. Beberapa cerpennya dimuat di Anita, Ceria, Nova, Femina, dan Chic.

Perempuan yang merasa selalu gagal membuat kerangka-karangan-dan-berusaha-tabah-mematuhinya ini, kini tinggal di Jakarta bersama suami, dua putri, dan segunung mimpi yang sedang diusahakannya agar bisa jadi kenyataan. Prinsip hidupnya: tak ada yang dinamakan \\\\\\\"kebetulan\\\\\\\" di dunia ini. Menurutnya, segala yang pernah dan akan terjadi di alam semesta pastilah sudah direncanakan dengan mahabijak olehNya, bahkan sampai ke detail terkecil, misalnya tetesan embun yang jatuh dari ujung daun.