Ratu Adil

Ratu Adil

Author: Sindhunata

Category: Social Sciences, Lomba Ulasan Sewindu Bincang Buku

Ratu Adil, Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik adalah kisah pergulatan dan perlawanan wong cilik. Karya monumental ini, dengan merujuk ke berbagai literatur penting, mampu menerobos dan menguak dalam kepingan-kepingan sejarah yang terabaikan di Jawa pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Kepingan-kepingan sejarah itu juga ditampilkan dalam sapuan kuas Budi Ubrux. Lebih dari lima puluh lukisan yang menggambarkan perlawanan nasib wong cilik mewarnai buku ini dengan memukau.

Ratu Adil, Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik adalah sebuah persembahan terhadap kekayaan hati yang terpendam dalam kebisuan wong cilik.

Ketika ditanya siapakah Ratu Adil, jagonya berkokok memanggil matahari di pagi hari lalu pergi mengais nasi. Mana yang lebih dahulu terbangun, jagonya atau matahari tiada ia peduli. Ia hanya mau orang mengerti, harapannya adalah matahari, dan jagonya adalah penderitaannya sendiri. Ia percaya Ratu Adilnya tak lain hanyalah manunggalnya penderitaan dan harapan laksana manunggaling kawula lan Gusti, yang membangkitkannya untuk melawan nasib ketika kebebasannya dibelenggu derita yang tak tertanggungkan lagi.

No. GM :
623222032
ISBN :
978-602-06-7489-6
Price :
Rp 299,000
Total Pages :
678 pages
Size :
15 x 23 cm
Published :
10 January 2024
Format :
Soft Cover
Category :
Social Sciences , Lomba Ulasan Sewindu Bincang Buku
Ahmad Turmuzi
Ahmad Turmuzi
3 months ago
Buku Ratu Adil: Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik adalah sebuah karya monumental dari Sindhunata yang menyelami lebih dalam mitos, sejarah, dan aspirasi wong cilik (rakyat kecil) di Jawa. Dengan gaya narasi yang puitis dan reflektif, buku ini menggali esensi ramalan Jayabaya dan menghubungkannya dengan perjuangan rakyat kecil melawan penindasan pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Sindhunata menghadirkan perspektif mendalam tentang penderitaan dan harapan wong cilik yang kerap terpinggirkan, namun tetap berpegang pada cita-cita akan keadilan dan pembebasan. Mitos tentang Ratu Adil dipadukan dengan analisis sejarah untuk menampilkan potret kompleks tentang harapan kolektif yang tak lekang oleh waktu. Dalam buku ini, perjuangan rakyat kecil digambarkan tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga melalui simbolisme spiritual dan budaya, menekankan konsep manunggaling kawula lan Gusti.
Keistimewaan lain dari buku ini adalah kehadiran lebih dari 50 karya seni Budi Ubrux, yang memperkuat pesan naratifnya. Lukisan-lukisan tersebut menghadirkan visualisasi yang mendalam tentang pergulatan dan perjuangan wong cilik, memperkaya pengalaman pembaca dengan sentuhan seni visual yang menggugah.
Buku ini tidak hanya menyajikan wawasan sejarah, tetapi juga menjadi refleksi mendalam tentang perjuangan manusia untuk mencapai keadilan sosial. Relevansinya tetap kuat dalam konteks modern, menginspirasi pembaca untuk merenungkan nilai perjuangan, solidaritas, dan harapan.
Buku ini sangat direkomendasikan bagi pencinta sejarah, seni, filsafat, dan mitologi lokal. Sindhunata berhasil menyampaikan pesan universal yang menggugah, menjadikan Ratu Adil sebagai karya yang tak hanya becerita, tetapi juga menginspirasi dan memperluas wawasan pembaca.
Anicetus Windarto
Anicetus Windarto
3 months ago
Buku yang merupakan karya akademik tingkat doktoral ini mengajukan dua tesis yang menantang. Pertama, ratu adil itu nyata atau imajinatif? Mitos atau fakta?
Kedua, harapan seperti apa yang bisa dipersonifikasikan sebagai ratu adil saat ini?

Berdasar dua tesis itu, buku ini menunjukkan bahwa ratu adil bukanlah sosok, tapi harapan yang dipersonifikasikan sebagai imajinasi sosial. Singkatnya, ratu adil adalah sebuah bahasa bersama yang digunakan untuk bergerak bersama melawan ketidakadilan.

Di sinilah pentingnya buku ini karena menjadi bagian dari studi-studi ilmiah dalam sejarah masyarakat di Indonesia. Salah satu contohnya adalah Sarekat Islam (SI) yang di awal abad ke-19 telah menjadi pilot project yang telah menjungkirbalikkan paradigma "people without history" atau, sebaliknya, "history without people". Sebab dalam studi-studi tentang SI, sering dikemukakan penjelasan bahwa orang-orang mendatangi SI karena harapan-harapan "milenarian" dan "mesianik". Akan tetapi, alur logis penjelasan itu kelihatannya terbalik. Justru pengalaman orang-orang pada saat vergadering yang tidak lazim dan aneh itulah yang menggerakkan bahasa Ratu Adil.

Maka, bacalah buku ini dengan alur logika seperti di atas agar tidak sekadar mengingat bahwa sejarah adalah milik para pemenang, tetapi justru adalah perjuangan untuk hidup sebagai sesama, sebangsa dan setanah air.
Martin Sitompul
Martin Sitompul
3 months ago
Buku yang luar biasa. Isinya daging semua.
Dalam buku ini, Romo Sindhu mengajak kita bertualang melintasi lorong waktu untuk menyaksikan perjuangan wong cilik dari masa ke masa yang mendambakan sosok pembebas "Ratu Adil". Buku ini semakin menarik karena menghadirkan sejarah dari sudut pandang kelompok bawah atau kawula dengan segala harapan mereka. Membacanya menyalakan harapan untuk mewujudkan sosok pemimpin ideal, sebagaimana wong cilik di Jawa pada abad 19 yang senantiasa menanti Ratu Adil. Bagi pemimpin, apa yang tersaji di buku ini membuat mawas diri bahwa kekuasaan bukan alat untuk memupuk keserakahan melainkan tanggung jawab untuk melunasi harapan para wong cilik.
Sindhunata

Dr. Gabriel Possenti Sindhunata, SJ, amat dikenal karena karya sastranya yang telah menjadi klasik, Anak Bajang Menggiring Angin. Penulis yang dilahirkan 12 Mei 1952 di Kota Batu, Jawa Timur ini juga amat dikenal karena features-nya tentang kemanusiaan dan kolomnya tentang sepak bola dunia di Harian Kompas, Jakarta. Sekarang ia adalah Penanggung Jawab/ Pemimpin Redaksi Majalah BASIS, Yogyakarta. Karier jurnalistiknya dimulai dengan bekerja sebagai wartawan Majalah Teruna, terbitan PN Balai Pustaka, Jakarta, 1974-1977. Mulai tahun 1977, ia menjadi wartawan di Harian Kompas, Jakarta.

Sindhunata tamat dari Seminarium Marianum, Lawang, Malang, tahun 1970. Tahun 1980, ia selesai dengan studi sarjana filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Kemudian ia menyelesaikan studi teologi di Institut Filsafat Teologi Kentungan, Yogyakarta (1983). Ia melanjutkan studi doktoral filsafat di Hochschule f?r Philosophie, Philosophische Fakult?t SJ M?nchen, Jerman 1986-1992.

Ia telah menulis buku ilmiah: Dilema Usaha Manusia Rasional, Hoffen auf den Ratu Adil–Das eschatologische Motiv des ”Gerechten K?nigs” im Bauernprotest auf Java w?hrend des 19und zu Beginn des 20 Jahrhunderts (Menanti Ratu Adil–Motif Eskatologis dari Ratu Adil dalam Protes Petani di Jawa Abad ke-19 dan awal Abad ke-20), Sakitnya Melahirkan Demokrasi (1999), dan Kambing Hitam, Teori Ren? Girard (2006). Telah terbit juga buku-buku features-nya: Cikar Bobrok dan Bayang-bayang Ratu Adil. Sindhunata juga menulis buku dalam bahasa Jawa: Aburing Kupu-Kupu Kuning, Ndh?r?k Sang D?wi ing ?r?ng-?r?nging Redi Merapi, Sumur Kitiran Kencana, dan Nggayuh Gesang Tentrem. Ia juga menjadi pengisi rubrik bahasa Jawa ”Blencong” di Harian Suara Merdeka, Semarang.

Selain Anak Bajang Menggiring Angin, beberapa karya sastranya adalah: Air Penghidupan, Semar Mencari Raga, Mata Air Bulan, Tak Enteni Keplokmu, Tanpa Bunga dan Telegram Duka. Kumpulan puisinya telah diterbitkan dalam buku Air Kata Kata (2003). Penulis rubrik ”Tanda Tanda Zaman” di Majalah BASIS ini juga telah menerbitkan buku tentang ilmu tertawa yang berangkat dari dagelan ludruk, Ilmu Ngglethek Prabu Minohek (2004) dan buku tentang filsafat slebor becak yang berjudul Waton Urip (2005). Telah terbit trilogi catatan sepak bolanya: Air Mata Bola, Bola di Balik Bulan, dan Bola-Bola Nasib (2002). Tahun 2006, features-features-nya yang dipilih dari Harian Kompas diterbitkan serentak dalam lima buku: Dari Pulau Buru ke Venezia, Segelas Beras Untuk Berdua, Ekonomi Kerbau Bingung, Petruk Jadi Guru, dan Burung-burung di Bundaran HI. Tahun 2007, penulis meluncurkan Putri Cina. Di samping menulis buku, ia menjadi editor beberapa buku ilmiah dan buku features.