Mari Bermimpi (Cetak Ulang 2024)

Inilah saatnya bermimpi besar; saatnya meninjau ulang prioritas-prioritas kita—apa yang kita anggap bernilai, apa yang kita inginkan, apa yang kita cari—dan berkomitmen berperilaku dalam hidup sehari-hari berdasarkan apa yang kita impikan. Yang saya dengar pada masa-masa ini sama dengan apa yang didengar oleh Yesaya dari Allah: Mari, hendaklah kita membicarakannya. Beranilah bermimpi.

Allah memerintahkan kita untuk berani menciptakan sesuatu yang baru. Kita tak bisa kembali ke rasa aman semu dalam sistem politik dan ekonomi yang kita anut sebelum krisis ini. Kita membutuhkan ekonomi yang memberi semua orang akses ke buah-buah penciptaan, ke kebutuhan dasar hidup: tanah, tempat tinggal, pekerjaan. Kita membutuhkan politik yang dapat merangkul dan berdialog dengan kaum miskin, kaum tersingkir, dan kaum rentan, yang memberi kesempatan bagi rakyat untuk berpendapat dalam keputusan-keputusan yang berdampak pada hidupnya. Kita perlu memperlambat laju, menimbang segala sesuatu, dan merancang cara-cara yang lebih baik untuk hidup bersama di bumi ini. "Kita hidup pada suatu masa pencobaan. Kenyataannya, kita semua diuji dalam hidup. Dengan cara itulah kita tumbuh. Dalam ujian hidup, Anda menyingkapkan hati Anda sendiri: seberapa kuatkah ia, seberapa berbelas kasih, seberapa besar, atau seberapa kecil.”

“Renungkanlah apa yang telah kita lihat selama krisis Covid-19 ini. Mereka semua adalah martir: laki-laki dan perempuan yang menyerahkan hidupnya demi melayani orang-orang yang paling membutuhkan. Merekalah saksi tentang keintiman dan kelembutan.”

“Dalam krisis, sikap kita yang ‘fungsional’ itu tergoyahkan dan kita harus merombak dan menyesuaikan peran dan kebiasaan kita, supaya dapat keluar dari krisis sebagai pribadi yang lebih baik.”

“Kita membutuhkan ekonomi yang memberi semua orang akses ke buah-buah penciptaan, ke kebutuhan dasar hidup: tanah, tempat tinggal, pekerjaan. Kita membutuhkan politik yang dapat merangkul dan berdialog dengan kaum miskin, kaum tersingkir, dan kaum rentan.”

“Kita butuh gerakan masyarakat yang paham bahwa kita saling membutuhkan, yang punya rasa tanggung jawab kepada orang lain dan kepada dunia. Kita perlu mempermaklumkan bahwa berbuat baik, beriman, dan bekerja bagi kebaikan bersama adalah tujuan-tujuan hidup yang mulia.”

“Inilah saatnya memiliki impian besar, meninjau ulang prioritas-prioritas kita—apa yang kita anggap bernilai, apa yang kita inginkan, apa yang kita cari—dan berkomitmen untuk berperilaku dalam hidup sehari-hari berdasarkan apa yang kita impikan.”