BERSELANCAR DI SAMUDRA IMAJINASI

Event

BERSELANCAR DI SAMUDRA IMAJINASI

Membaca adalah perjalanan yang sangat personal. Setiap pribadi mempunyai pengalaman sendiri dalam merawat dan bahkan mengajak orang lain untuk menjaga semangat tersebut. Dalam panel diskusi ini, peserta diajak mengetahui seluk beluk dari beberapa sudut pandang pelaku literasi dengan tantangan dari latar belakang waktu, tempat bertumbuh, lingkungan dan perkembangan zaman yang menuntut. Dihadiri oleh Adi Ekatama, Ratih Kumala, Aan Mansyur, dan dimoderatori oleh Theoresia Rumthe.
Tentang Promo Ini
Hari/Tanggal : Jum'at, 30 Agustus 2024
Pukul : 13.30–15.00 WIB
Tempat : Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki

Adi Ekatama
Kariernya bermula di grup konsultan keuangan Deloitte Indonesia. Di Gramedia, ia pernah bertugas di grup digital dan sukses mengembangkan beberapa inovasi yang mendorong transformasi digital di toko buku terbesar di Indonesia ini.

Kariernya sebagai produser bermula pada 2019 dengan Cinta Tak Ada Mati, film pendek berdasarkan novel Eka Kurniawan yang lolos skrining Sundance Film Festival dan memenangkan Piala Citra sebagai Film Pendek Terbaik. Film panjang pertamanya, Penyalin Cahaya, premier di 2021 Busan International Film Festival dan memenangkan 12 Piala Citra pada FFI 2021. Film keduanya, Budi Pekerti, premier di Toronto International Film Festival dan memenangkan dua Piala Citra pada FFI 2023.

Ratih Kumala
Karyanya dimulai dengan cerpen yang terbit di majalah sastra maupun koran nasional. Novel pertamanya, Tabula Rasa memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2003 dan terbit pertama kali tahun 2004. Novelnya yang berjudul Gadis Kretek pertama kali terbit pada tahun 2012 dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing. Novel Gradis Kretek telah diadaptasi menjadi original series pertama Indonesia yang digarap langsung oleh Netflix dan kini telah ditonton lebih dari tiga juta orang.

M. Aan Mansyur
Penulis, penyunting, dan penerjemah yang menyukai fotografi. Saat ini ia bekerja sebagai direktur Makassar International Writers Festival. Beberapa bukunya antara lain Aku Hendak Pindah Rumah (2008), Melihat Api Bekerja (2015), Tidak Ada New York Hari Ini (2016), Cinta yang Marah (2017), Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu (2021), dan Memasihkan yang Pernah (2023). Buku puisinya, Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau (2020), menerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2021 dan Anugerah Sastra Kemendikbudristek 2021.

Theoresia Rumthe
Setelah belasan tahun merantau dan tinggal di kota Bandung, kini ia pulang dan menetap di kota Ambon. Ia menulis puisi, mengajar wicara publik, dan membuat gelaran panggung musik bersama Rempah Gunung, Aroma Dendang Sahaja, dan mengelola Ruang Sajange—pekarangan kecil di samping rumahnya untuk diskusi literasi. Buku-buku puisinya yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama yakni, Tempat Paling Liar di Muka Bumi (2016), Cara-cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai (2018), Selamat Datang, Bulan (2019), Percakapan Paling Panjang Perihal Pulang Pergi (2021), dan Kadang Rumah Tak Memberimu Pulang (2023)—buku ini juga masuk nominasi 5 besar Buku Sastra Pilihan Tempo.
icon verified
Masa Periode
30 - 30 August 2024