Joanne Kathleen Rowling sejak kecil punya cita-cita jadi penulis. Tapi, mengikuti saran orangtuanya, ia belajar Sastra Prancis di Universitas Exeter supaya bisa jadi sekretaris yang mampu bicara dwibahasa. Pekerjaan itu ternyata tidak cocok baginya. Soalnya, bukannya mencatat jalannya rapat, ia malah sibuk mengarang cerita. Akhirnya ia dipecat dan sejak itu gonta-ganti pekerjaan.
Tahun 1990, dalam perjalanan dari Manchester ke London, kereta yang ditumpanginya mogok selama sekitar empat jam. Saat duduk di kereta, sambil memandangi segerombolan sapi melalui jendela, ide tentang kisah Harry Potter muncul di benaknya. Selama beberapa bulan berikutnya Joanne sibuk mengembangkan kisah petualangan penyihir cilikini. September 1990 ia pindah ke Portugal dan bekerja sebagai guru bahasa Inggris. Di sana ia jatuh cinta pada seorang jurnalis televisi bernama Jorge Arantes. Mereka menikah dan tahun 1993, lahirlah putri mereka, Jessica. Tak lama setelah itu mereka bercerai, dan Joanne balik ke Edinburgh, Skotlandia. Pada masa itu hidup Joanne benar-benar terpuruk, begitu miskin sehingga ke mana-mana ia jalan kaki meski ongkos bus kota murah. Ia sering menulis di kafe, karena flat-nya yang sempit dan dingin jelas bukan tempat yang penuh inspirasi. Untung si pemilik kafe baik bati, membiarkan Joanne menulis di sana meski ia cuma memesan secangkir kopi dan segelas air, sementara bayinya tertidur. Tahun 1997 nasibnya berubah total ketika penerbit Inggris, Bloomsbury Press, menerbitkan buku Harry Potter yang pertama Harry Potter and the Philosopher`s Stone (di Amerika terbit dengan judul Harry Potter and Sorcerer`s Stone). Ternyata buku itu sangat sukses di seluruh dunia, begitu pula buku-buku berikutnya.
Rencananya Jo akan menulis kisah Harry Potter sampai Harry berusia 17 tahun, ketika ia lulus dari Sekolah Sihir Hogwarts. Itu berarti sampai buku ketujuh.