Harapan Alnira untuk Hari Perempuan Internasional 2022
Istimewa untuk Hari Perempuan Internasional 2022, tim Gramedia Pustaka Utama berkesempatan mewawancarai Alnira, salah satu penulis yang konsisten mengangkat cerita perempuan dalam novel-novelnya.
Alnira jatuh cinta dengan dunia membaca sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Mulai menulis cerpen sejak SMP dan belajar menulis novel mulai tahun 2009. Mencintai novel-novel fantasi dan kriminal, namun selalu menulis cerita romance. Montir Hati adalah novel ke-21 yang sudah terbit dan novel ketiga yang terbit di Gramedia Pustaka Utama.
|
Halo, Alnira. Apa kabar? Semoga dalam keadaan baik. Terima kasih sudah bersedia berbagi cerita dengan teman-teman pembaca buku GPU ya. Sebagai perkenalan, silakan ceritakan sedikit tentang latar belakang kepenulisanmu?
Tahun 2016 cerita saya yang berjudul Dunia Nadhira dilirik oleh salah satu editor Gramedia Pustaka Utama. Alhamdulillah sekali, bisa menerbitkan tiga karya saya di GPU, karena itu adalah salah satu impian saya.
Pada ketiga novel itu, tokoh-tokoh perempuan yang saya buat juga berprestasi. Jadi perempuan itu sama lho, bekerja bukan hanya karena uang tapi juga passion dan impian. Oh ya, Meisya di novel Montir Hati juga digambarkan sebagai sosok yang pantang menyerah meskipun masalah hidupnya begitu rumit. |
Apakah ada penulis perempuan yang menginspirasimu dalam menulis?
Bagaimana kamu melihat kiprah perempuan saat ini?
Sebenarnya, menulis Gendut? Siapa Takut! itu risetnya dari diri saya sendiri sih, ha ha ha. Dulu pernah gendut, terus ya biasalah ya kalau orang gendut itu suka di-bully. Padahal apa salahnya orang gendut ini? Tentu hal ini nggak cuma saya yang ngalamin tapi banyak orang. Perempuan sering banget tuh di-bully karena gendut, dibilang nggak akan ada yang mau lah, susah cari kerja lah, dll. Dari pengalaman ini saya akhirnya terinspirasi untuk tulis kisah Moza, gendut, tapi mandiri, berprestasi juga sebagai penulis bestseller. Punya hati yang baik dan ada kok yang mau sama dia.Lewat novel ini saya mau kasih semangat ke teman-teman yang senasib, walaupun gendut kita bisa lho berkarya dan tentu saja seperti yang saya tulis di buku ini, pelan-pelan mengubah kebiasaan buruk menjadi lebih baik dan juga hidup sehat.
Semoga perempuan-perempuan di luar sana juga mendapatkan support system yang baik, untuk menjalani apapun hal yang ingin mereka lakukan selama itu positif. Jadi nggak dikotak-kotakkan lagi, perempuan cuma boleh begini begitu. Apalagi menganggap buat apa perempuan sekolah tinggi kalau akhirnya ngurus anak juga. Perempuan harus sekolah tinggi karena ia yang akan membesarkan dan mendidik generasi masa depan. Mengurus anak itu harus ada ilmunya. Saya juga mendukung kesetaraan gender, karena kesetaraan gender itu bukan berarti perempuan dan laki-laki menjadi sama ya, tapi semua orang itu punya hak, tanggung jawab dan kesempatan yang sama.
Terima kasih atas obrolan singkatnya kali ini, Alnira. Sebagai penutup, apakah ada karya terbarumu yang sedang disiapkan untuk terbit?
*** |