Pukul Setengah Lima: Hidup dalam Kepalsuan

Pikiran-pikiran yang terbesit saat melamun memang terkadang muncul di luar dugaan. Belum lagi masalah yang tiada habisnya. Setiap orang pasti pernah berbohong demi menutupi kebenaran yang tidak mampu mereka hadapi. Alasannya sederhana, yaitu belum bisa berdamai dengan kenyataan.
Begitu pula Alina dalam buku “Pukul Setengah Lima”, perempuan yang berusaha membangun realitas baru dengan menyamar menjadi pribadi lain, bernama Marni. Novel “Pukul Setengah Lima” karya Rintik Sedu ini seakan menampar kita semua. Iya, kita semua! Manusia-manusia yang katanya kuat, tetapi suka sekali hidup dalam kepalsuan.
Alina dengan kehidupannya yang serba berantakan dan memaksakan diri untuk percaya pada kepalsuan-kepalsuan yang dibuatnya sendiri karena sulit baginya memercayai fakta bahwa ayahnya adalah akar kehancuran keluarganya. Ayah Alina, dia tidak bekerja lagi setelah di PHK. Sementara ibunya harus banting tulang untuk menanggung semua keperluan keluarganya. Belum lagi semua kekerasan yang dilakukan ayahnya pada ibu telah menghancurkan mimpi-mimpi Alina.
Novel ini dimulai dengan berakhirnya hubungan Alina dengan Tio, lelaki tampan yang menyukai Alina pada pandangan pertama dalam perjumpaan mereka di Blok M bersama Siti, teman kantor Alina yang malah menjalin hubungan dengan atasannya yang sudah menikah dan memiliki anak.
Namun, hubungan Alina dan Tio yang kandas setelah dua tahun itu hanya permulaan cerita. Kala itu, Alina memulai sebuah kebohongan dengan mengubah namanya menjadi Marni.
Pukul setengah lima. Aku menjadi orang lain, akhirnya.
Sebenarnya, mengapa Alina akhirnya memilih untuk berubah menjadi pribadi baru bernama Marni? Siapa itu Marni? Apa dia bahagia setelah menjadi Marni? Atau justru semakin terpuruk menghadapi kenyataan hidupnya?
Novel “Pukul Setengah Lima” bukan sepenuhnya tentang hubungan Tio dan Alina karena cerita masih berlanjut setelah Alina memperkenalkan diri sebagai Marni kepada lelaki yang baru ditemuinya di dalam bus sekitar pukul setengah lima. Nama lelaki itu Danu. Pertemuan keduanya dimulai dari bus, dan sejak itu Marni alias Alina selalu mencari Danu di bus setiap pukul setengah lima.
Bersama Tio, Alina selalu lari dari kenyataan dan tidak pernah terbuka soal masalah hidupnya. Namun, ia mulai menemukan sesuatu yang berbeda sejak bertemu Danu. Alina bahagia dengan kehadiran Danu yang selalu membuatnya tertawa hingga lupa kalau ia sedang menjadi Marni.
Lalu, bagaimana kelanjutan cerita Danu bersama Marni? Apakah kebohongan itu akan terungkap? Nantikan novel terbaru dari Rintik Sedu, berjudul “Pukul Setengah Lima” yang akan diterbitkan segera oleh Gramedia Pustaka Utama!
(Sherlina/GPU)