Happiness Battle - Perang Gengsi Sosialita di Medsos
Siapa yang tidak kenal drama korea yang baru tayang baru-baru ini yang berjudul Battle for Happiness? Ternyata drama thriller ini diadaptasi dari novel Happiness Battle yang menceritakan tentang kumpulan ibu-ibu sosialita TK Heritage yang gemar saling “perang kebahagiaan” atau pamer kehidupan glamornya di media sosial, mereka seolah-olah ingin menunjukkan bahwa merekalah yang paling bahagia daripada yang lain.
Caci makian, saling sikut dan rasa superior selalu ditunjukkan oleh mereka, hingga mereka mungkin tidak menyadari bahwa tindakannya dapat membuat orang lain sengsara hingga menderita. Puncaknya ketika ditemukan sepasang suami istri yang tewas mengenaskan secara misterius di Apartemen High Prestige supermewah di daerah Gangnam. Sang Suami, Kang Do-joon ditemukan ditikam di punggung, sementara istrinya, Oh Yoo-jin ditemukan tewas dengan posisi bergelantung di balkon kamarnya.
Kematian sepasang suami istri ini menimbulkan banyak spekulasi yang beragam. Bagaimana tidak, “kelas sosial paling tinggi” ini bisa ada kasus mengerikan semacam ini. Ternyata di balik kehidupan mewah, juga ada kejahatan yang terjadi.
Salah seorang kerabat dari korban Oh Yoo-jin, yang bernama Jang Mi-ho menyadari ada sesuatu yang mengganjal dari kematian temannya. Ada kabut tebal yang menyelimuti penyelidikan polisi, yang membuat Mi-ho berniat untuk menginvestigasi sendiri. Dia berpikir pihak kepolisian bisa saja di suap oleh sosok misterius untuk menutup kebenaran karena dari hasil penyelidikan, polisi berkata penyebab kematian dikarenakan bunuh diri. Tentunya, sahabat semasa SMA-nya Oh Yoo-jin tidak mempercayai seratus persen begitu saja. Mi-ho menduga kematian mereka ada hubungan dengan “perang kebahagiaan” di lingkungan sosialnya. Selain itu, ada USB yang juga diburu oleh semua orang membuat Mi-ho semakin penasaran dengan kasus tersebut.
Penulis berhasil membuat kita sebagai pembaca penasaran hingga membuat bertanya-tanya pada diri sendiri. Seberapa penting kita mengumbar atau pamer kebahagiaan di sosial media? Kenapa kita perlu validasi dari orang-orang tentang materi yang kita punya?
Ada quote yang menarik untuk kita pahami sebagai orang tua terhadap anak,
* Anak-anak selalu menjadi korban keserakahan orang dewasa, selain itu anak-anak juga harus menanggung akibatnya selama mereka tumbuh dewasa hingga masa tuanya. Sampai segalanya akan berubah menjadi bekas luka. (hal.205).
Orang tua seringkali memberikan pressure yang tinggi kepada anaknya, mereka ingin ini ingin itu sesuai dengan ekspektasi orang tua. Sehingga, membuat anak merasa “terbebani” harapan-harapan orang tua yang tidak semua dapat mereka lakukan. Ada baiknya sebagai orang tua juga berintrospeksi dan membiarkan anak mereka tumbuh sesuai dengan minat dan rancangannya, tugas orang tua membimbing dan membantu mengarahkan.