Matiur Panggabean: Bunga Pansur dari Balige

Matiur Panggabean: Bunga Pansur dari Balige

Author: Herry Gendut Janarto

Category: Biography

\"Indonesia merdeka bukan karena hadiah, namun merupakan hasil perjuangan yang keras dari para pahlawan bangsa. Pak Maraden Panggabean adalah prajurit pejuang dan pejuang prajurit yang sepanjang hidupnya ikut berjuang demi kemerdekaan negeri ini dan keutuhan NKRI. Nah, Ibu Panggabean pun sebagai istri dan pendamping setia Pak Maraden Panggabean turut berjuang dengan semangat yang tinggi, misalnya melalui Persit Kartika Chandra Kirana dan Dharma Pertiwi. Lebih dari itu, Ibu Panggabean harus terus menjaga anak-anaknya dan keluarga. Tak pelak, seorang istri prajurit, seperti Ibu Panggabean, pastilah mempunyai daya tahan yang kuat. Bayangkan, bisa saja, ketika Pak Panggabean pulang dari medan tugas, ternyata sang suami menderita luka atau cacat seumur hidup, atau bahkan gugur. Itulah beratnya seorang istri prajurit, seperti halnya istri saya juga. Dan di situlah nilai tertinggi yang dimilikinya, yakni rela berkorban.\"--Try Sutrisno, Wakil Presiden RI 1993-1998

\"Menatap Ibu Panggabean adalah menatap keserasian dan kecantikan seorang wanita. Saya memang dulu cukup sering bertemu beliau di berbagai acara resepsi. Di mata saya, make-up, busana, dan aksesori yang dikenakannya selalu pas dan cocok Lebih-lebih, ketika Ibu Panggabean tampil dengan kain kebaya khas Batak dan sebentuk ulos yang manis. Tanpa harus gembar-gembor, Ibu Panggabean terlihat bangga dan percaya diri dengan balutan busana yang mencitrakan kekhasan suatu daerah. Tutur kata Ibu Panggabean juga selalu lembut, ramah, dan penuh perhatian. Sebagai istri pejabat tinggi pada zamannya, Ibu Panggabean justru tampil humble dan soft. Namun, itulah yang justru membuat dirinya tampak pantas, cantik, sekaligus berkharisma.\"--Martha Tilaar, Ahli Kecantikan

No. GM :
0
ISBN :
978-979-22-6539-2
Price :
Rp 135,000
Total Pages :
0 pages
Size :
15 x 23
Published :
28 December 2010
Format :
Softcover
Category :
Biography
Tags
Jadilah yang pertama untuk mereview buku ini
Herry Gendut Janarto

Lahir di Yogyakarta, 28 Mei 1958. Selepas dari SMAk Kolese de Britto tahun 1977, Herry melanjutkan pendidikan di IKIP Sanata Dharma dan lulus sebagai sarjana Pendidikan dan Satra Inggris tahun 1982. Ia sempat menjadi guru bahasa inggris selama setahun si SMAK Stella Duce, Yogyakarta. Bungsu dari tujuh bersaudara ini kemudian hijrah ke jakarta dan bekerja sebagai editor penerbitan buku PT Gaya Favorit Press (Femina Group) hingga 1990. Selanjutnya, ia bergabung menjadi wartawan tabloid Nova selama dua tahun, hingga 1992. Lalu sejak tahun 1993 sampai sekarang, ia mencurahkan perhatinnya ke dunia anak-anak dengan menjadi redaksi majalah Bobo. Di celah-celah kesibukkan menulis buku, Herry tetap berusaha menulis rupa-rupa artikel, juga cerita pendek di sejumlah koran, tabloid, dan majalah yang terbit di Ibukota maupun daerah. Penulis yang (memang) bertubuh subur ini punya semboyan hidup yang unik: daripada mencelakakan orang lain, lebih baik menertawakan kekonyolan sendiri.