Negeri 5 Menara (Cetak Ulang 2011)

Negeri 5 Menara (Cetak Ulang 2011)

Author: A. Fuadi

Category: Inspirational

Dilengkapi VCD Program TV Kick Andy Episode Negeri 5 Menara

 

Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuk di rimba Bukit Barisan, main bola di sawah dan mandi air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.

 

Di hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan "mantera" sakti man jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung berarak ke ufuk. Awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi. Dtulis oleh Ahmad Fuadi, mantan wartawan TEMPO & VOA, penerima 8 beasiswa luar negeri, penyuka fotografi, dan terakhir menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO Konservasi. Alumni Pondok Modern Gontor, HI Unpad, George Washington University, dan Royal Holloway, University of London ini meniatkan sebagian royalti trilogi ini untuk membangun Komunitas Mneara, sebuah lembaga sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu dengan basis sukarelawan. ***

“…amat berharga bukan saja sebagai karya seni, tetapi juga tentang proses pendidikan dan pembudayaan untuk terciptanya sumberdaya insani yang andal.“ BJ Habibie “Kisah inspiratif dengan selipan humor khas pondok. Jarang ada novel yang bercerita tentang apa yang terjadi di balik sebuah pondok yang penuh teka-teki. Buku ini sarat dengan vitamin bagi jiwa kita.” Andy F. Noya, Host acara Kick Andy “...menyentuh, sekaligus menjadi diskusi kritis sekaligus simpatik tentang pendidikan kehidupan...” Riri Riza, Pembuat Film “....Gontor menanamkan berbagai nilai pendidikan, nilai kejuangan, nilai kebersamaan, sehingga murid terdidik secara total untuk berkarya penuh totalitas di masyarakat.” Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, Pimpinan Pondok Modern Gontor, Ponorogo “…Mantera sakti “man jadda wajada” akan senantiasa memotivasi setiap anak…” Kak Seto, Ketua Komnas Perlindungan Anak “... mengasah kecerdasan emosi dan spiritual.” Ary Ginanjar Agustian, Penulis Buku Best Seller ESQ “...Ditulis menggunakan kata hati, sehingga terasa menyentuh hati...” Erbe Sentanu, Penulis Buku Quantum Ikhlas “Layak dibaca para ibu yang bermimpi membesarkan anak-anak terbaik” Helvy Tiana Rosa, Sastrawan dan Dosen UNJ “Filosofi ‘alam terkembang jadi guru’ telah dibuktikan oleh penulis…” A. Syafii Maarif, Pendiri Maarif Institute dan Mantan Ketua Muhammadiyah ”...man jadda wajada, seperti antibiotik yang mengusir parasit-parasit yang melemahkan!” Farhan, Penyiar & Pembawa Acara

No. GM :
0
ISBN :
978-979-22-6770-9
Price :
Rp 135,000
Total Pages :
0 pages
Size :
13.5 x 20 cm
Published :
14 April 2011
Format :
Softcover
Category :
Inspirational
Jadilah yang pertama untuk mereview buku ini
A. Fuadi

A. Fuadi lahir di Bayur, Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, "man jadda wajada", siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses.

Lulus kuliah Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran, dia menjadi wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill. Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.