Alih Wahana

Alih Wahana

Author: Sapardi Djoko Damono

Category: Media & Communication

Alih wahana arti nya pengubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain. Wahana berarti kendaraan, jadi alih wahana adalah proses pengalihan dari satu jenis ‘kendaraan’ ke jenis ‘kendaraan’ lain. Sebagai ‘kendaraan’, suatu karya seni merupakan alat yang bisa mengalihkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Dalam arti yang lebih luas, isti lah ini bahkan juga bisa mencakup pengubahan dari berbagai jenis ilmu pengetahuan menjadi karya seni.

Bobot utama buku ini terletak justru pada kesederhanaannya. Sapardi tidak menguraikan berbagai konsep dengan menggunakan banyak jargon ataupun isti lah, yang seringkali memati kan minat orang untuk menekuni sesuatu yang baru secara lebih jauh. Dengan fasih dan mengalir, berbagai gagasan yang berkaitan dengan alih wahana dipaparkan, dan pembaca tampaknya senanti asa berada dalam benak si penulis keti ka ia menorehkan kata-katanya dalam kalimat dan paragraf. -Manneke Budiman Ph.D.

No. GM :
618202001
ISBN :
978-602-03-7914-2
Price :
Rp 60,000
Total Pages :
240 pages
Size :
13.5x20cm
Published :
29 January 2018
Format :
Softcover
Category :
Media & Communication
Tags
Jadilah yang pertama untuk mereview buku ini
Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono lahir di Solo, 20 Maret 1940. Saat ini berprofesi sebagai guru besar pensiun Universitas Indonesia (sejak 2005) dan guru besar tetap pada Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (2009). Ia mengajar & membimbing mahasiswa di Pascasarjana Universitas Indonesia, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, dan Institut Seni Indonesia Solo.

Buku puisinya antara lain Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), Duka-Mu Abadi (1979), Perahu Kertas (1984), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-ayat Api (2000), Mata Jendela (2001), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro? (2002), Kolam (2009), Namaku Sita (2012), dan Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012).

Buku fiksinya berjudul Pengarang Telah Mati (2001), Membunuh Orang Gila (2003), Sup Gibran, (2011), Pengarang Belum Mati (2011), Pengarang Tak Pernah Mati (2011), Pada Suatu Hari Nanti/Malam Wabah (2013), Jalan Lurus (2014), dan Arak-arakan (2014). Puisi dan esai beliau telah diterjemahkan ke dalam antara lain bahasa Inggris, Jerman. Prancis, Belanda, Arab, Jepang, China, Jawa, Bali, Italia, Portugis, Korea, Tagalog, Thai, Malayalam, Rusia, serta Urdu.

Hadiah dan penghargaan yang diraih oleh Sapardi antara lain Cultural Award (1978) dari Australian Cultural Council, Anugerah Puisi Putra (1983) dari Dewan Bahasa dan Sastra Malaysia, Hadiah Sastra (1984) dari Dewan Kesenian Jakarta, SEA-Write Award (1986) dari Thailand, Anugerah Seni (1990) dari Pemerintah RI, Kalyana Kretya (1996) dari Pemerintah RI, hadiah sebagai penerjemah terbaik untuk novel John Steinbeck, The Grapes of Wrath (1999) dari Yayasan Buku Utama, Satyalencana Kebudayaan (2002) dari Presiden RI, Khatulistiwa Literary Award (2004) untuk buku Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan, dan Penghargaan untuk Pencapaian Seumur Hidup dalam Sastra dan Pemikiran Budaya (2012) dari Akademi Jakarta.

Buku Sapardi yang terbit di Gramedia Pustaka Utama berjudul Hujan Bulan Juni edisi hard cover (2013), Bilang Begini, Maksudnya Begitu (2014), dan Trilogi Sukram (2015). Beliau bisa disapa di @SapardiDD.