Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang (Cover 2024)

Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang (Cover 2024)

Author: Sapardi Djoko Damono, Rintik Sedu

Category: Poetry

Masih ingatkah kau jalan pulang?

Tak ada jalan
dan tak ada pulang
kita di atap langit
nun di bawah rata belaka suatu saat biru
di saat lain merah kesumba.

Jadi kau tidak ingat lagi tak percaya lagi
akan jalan pulang?

Apakah pergi harus
juga pulang?
apakah pergi
harus juga berpikir
untuk pulang?
Apakah pulang hanya ada kalau kita pergi?

Apakah pulang
dan pergi harus berpasangan?

No. GM :
624202017
ISBN :
978-602-06-3833-1
Price :
Rp 90,000
Total Pages :
110 pages
Size :
13 x 16 cm
Published :
19 June 2024
Format :
Hard Cover
Category :
Poetry
Jadilah yang pertama untuk mereview buku ini
Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono lahir di Solo, 20 Maret 1940. Saat ini berprofesi sebagai guru besar pensiun Universitas Indonesia (sejak 2005) dan guru besar tetap pada Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (2009). Ia mengajar & membimbing mahasiswa di Pascasarjana Universitas Indonesia, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, dan Institut Seni Indonesia Solo.

Buku puisinya antara lain Mata Pisau (1974), Akuarium (1974), Duka-Mu Abadi (1979), Perahu Kertas (1984), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-ayat Api (2000), Mata Jendela (2001), Ada Berita Apa Hari Ini, Den Sastro? (2002), Kolam (2009), Namaku Sita (2012), dan Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012).

Buku fiksinya berjudul Pengarang Telah Mati (2001), Membunuh Orang Gila (2003), Sup Gibran, (2011), Pengarang Belum Mati (2011), Pengarang Tak Pernah Mati (2011), Pada Suatu Hari Nanti/Malam Wabah (2013), Jalan Lurus (2014), dan Arak-arakan (2014). Puisi dan esai beliau telah diterjemahkan ke dalam antara lain bahasa Inggris, Jerman. Prancis, Belanda, Arab, Jepang, China, Jawa, Bali, Italia, Portugis, Korea, Tagalog, Thai, Malayalam, Rusia, serta Urdu.

Hadiah dan penghargaan yang diraih oleh Sapardi antara lain Cultural Award (1978) dari Australian Cultural Council, Anugerah Puisi Putra (1983) dari Dewan Bahasa dan Sastra Malaysia, Hadiah Sastra (1984) dari Dewan Kesenian Jakarta, SEA-Write Award (1986) dari Thailand, Anugerah Seni (1990) dari Pemerintah RI, Kalyana Kretya (1996) dari Pemerintah RI, hadiah sebagai penerjemah terbaik untuk novel John Steinbeck, The Grapes of Wrath (1999) dari Yayasan Buku Utama, Satyalencana Kebudayaan (2002) dari Presiden RI, Khatulistiwa Literary Award (2004) untuk buku Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan, dan Penghargaan untuk Pencapaian Seumur Hidup dalam Sastra dan Pemikiran Budaya (2012) dari Akademi Jakarta.

Buku Sapardi yang terbit di Gramedia Pustaka Utama berjudul Hujan Bulan Juni edisi hard cover (2013), Bilang Begini, Maksudnya Begitu (2014), dan Trilogi Sukram (2015). Beliau bisa disapa di @SapardiDD.

Rintik Sedu

Rintik Sedu merupakan nama pena yang dipilih perempuan bernama asli Nadhifa Allya Tsana yang berhasil memaafkan macetnya Jakarta. Penulis yang akrab dipanggil Paus itu tersesat di antara cerita-cerita pilu yang diciptakannya sendiri demi mencari kunang-kunangnya yang hilang. Dalam kariernya sudah menulis empat judul buku, dalam hidupnya sudah membaca entah berapa judul buku karena cinta pertamanya dengan dunia buku sudah dimulai sejak masih kelas 3 SD. Tulisan-tulisannya di Instagram sudah menjadi rumah buat jutaan orang, temukan dirimu di sana.