Pressure and Pleasure: An anthology of contemporary writing inspired by the works of Agus Suwage

Pressure and Pleasure: An anthology of contemporary writing inspired by the works of Agus Suwage

Author: Eka Kurniawan, Erni Aladjai, Goenawan Mohamad, Laksmi Pamuntjak, Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie, Mahfud Ikhwan

Category: Literary

Agus Suwage (b. 1959, Yogyakarta, Indonesia) is one of Indonesia's most important contemporary artists. He lives and works currently in Yogyakarta, Indonesia. Trained as a graphic designer at the Institute of Technology in Bandung, and obsessed with rock and roll, his studio is a playground of books and musical instruments and art in various stages of completion. He is well known for his self-portraiture, quick to say is about self-criticality before anything else. His provocative drawings, paintings, assemblages, and installations, incorporate relationships between humans and animals, and draw on religious imagery and popular culture. Suwage, an ever curious artist, responsive to human impulses. He participated in the Asia Pacific Trienniale, Qagoma Brisbane (1996), the 6th Biennale of Havana, Cuba (1997), the Singapore Biennale, Singapore (2006), Biennale Jogja IX, Yogyakarta, Indonesia (2007), and a retrospective at the Jogja National Museum, Indonesia (2009), which was accompanied by a comprehensive monograph of his work "Still Crazy After All These Years" (2010).

No. GM :
622232006
ISBN :
978-602-06-6538-2
Price :
Rp 360,000
Total Pages :
128 pages
Size :
15 x 23 cm
Published :
04 January 2023
Format :
Soft Cover
Category :
Literary
Jadilah yang pertama untuk mereview buku ini
Eka Kurniawan

Eka Kurniawan lahir di Tasikmalaya, 1975. Ia menyelesaikan studi dari Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, 1999. Menulis novel, cerita pendek, esai, karya-karyanya telah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa, dan memperoleh beberapa penghargaan. Jurnalnya bisa diikuti di www.ekakurniawan.com.

Erni Aladjai

History from this author net available at this momments. Please contact admin, so we can update the data. Thankyou :)

Goenawan Mohamad

History from this author net available at this momments. Please contact admin, so we can update the data. Thankyou :)

Laksmi Pamuntjak

Laksmi Pamuntjak kerap menyumbang tulisan tentang politik, sastra, film, makanan, dan musik klasik di majalah Tempo, Jakarta Post, Djakarta!, The Jakarta Globe, dan Jurnal Prisma. Ia juga salah satu pendiri Toko Buku Aksara di Jakarta.



Karya-karyanya termasuk empat edisi The Jakarta Good Food Guide; dua himpunan puisi, Ellipsis (salah satu buku yang direkomendasi oleh harian Inggris, The Herald UK, di pengujung tahun 2005) dan The Anagram (2007); sebuah telaah filosofis tentang hubungan manusia, kekerasan, agama dan mitologi yang dibukukan sebagai Perang, Langit dan Dua Perempuan (2006); sebuah kumpulan cerpen yang diilhami sejumlah lukisan, The Diary of R.S.: Musings on Art; dan dua terjemahan karya Goenawan Mohamad, Goenawan Mohamad: Selected Poems (2004) dan On God and Other Unfinished Things (2007).



Pada 2009, Laksmi menjadi salah satu juri internasional The Prince Claus Fund Award yang berbasis di Amsterdam. Pada bulan Juli 2012, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam Poetry Parnassus di London, festival puisi terbesar dalam sejarah Britania Raya yang digelar khusus untuk mengiringi Olimpiade 2012.


Novelnya, Amba, yang telah terbit dalam bahasa Inggris dengan judul The Question of Red, telah dicetak ulang beberapa kali dan menjadi national bestseller.

Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie

Lahir di Bandar Lampung sebagai Anak yang Sulit Dimengerti, Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie telah menerbitkan lebih dari 30 buku, memerangi ngengat penyusup, membuat akun Twitter @monamicroissant, dan, pada tahun 2021, menyikat gigi. Prestasi tak-terhingganya telah dirinci dalam Almanak Ketiadaan karya Sebet Ulnyat Akada.

Mahfud Ikhwan

Lahir di Lamongan, 1980. Ia lulus dari Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada 2003.

Novel pertamanya Ulid Tak Ingin ke Malaysia terbit pada 2009 (kemudian dicetak ulang sebagai Ulid: Sebuah Novel). Novel keduanya, Kambing dan Hujan (2015), menjadi pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014 dan mendapat penghargaan dari Badan Bahasa Kemendikbudristek RI untuk karya terbaik kategori novel pada 2016. Novel berikutnya, Dawuk: Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu (2017), memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 (petikan Dawuk kemudian terbit di Washington Square Review sebagai Everything Ashen, diterjemahkan oleh Annie Tucker). Novel keempatnya, Anwar Tohari Mencari Mati (2021) meraih Anugerah Sutasoma dari Balai Bahasa Jawa Timur. Novel paling akhir, Bek, terbit secara bersambung di Kumparan+ sepanjang tahun 2021.

Meskipun tidak banyak menulis cerita pendek, kumpulan cerpennya, Belajar Mencintai Kambing, terbit 2016. Kumpulan esainya tentang proses kreatif di balik karya-karya fiksinya terbit sebagai Cerita, Bualan, dan Kebenaran (2020). Kolom mingguannya yang muncul di media daring Mojok.co selama 2020 terbit sebagai kumpulan esai Menumis Itu Gampang, Menulis Tidak (2021) dan Melihat Pengarang Tidak Bekerja (2022).

Sebagai pencinta film, ia menulis esai-esai tentang sinema India di blog pribadinya dan menerbitkannya dalam kumpulan Aku dan Film India Melawan Dunia (dua jilid, 2017). Ia juga mencintai sepak bola dan menuliskan esai-esai di blog Belakanggawang, juga di media umum seperti Jawa Pos dan Geotimes yang kemudian terbit dalam kumpulan Dari Kekalahan ke Kematian (2018), Sepakbola Tak Akan Pulang (2019), dan Dari Belakang Gawang (2021).