
Stolen Focus: Mengapa Perhatian Kita Mudah Teralihkan
Author: Johann Hari
Category: Self-Improvement, Lomba Ulasan Sewindu Bincang Buku
“Buku yang dibutuhkan dunia untuk memenangkan perang melawan distraksi.” —Adam Grant, penulis Think Again
Di Amerika Serikat, para remaja hanya dapat berfokus pada satu tugas selama 65 detik, dan rata-rata pekerja kantoran hanya 3 menit. Mungkin kita berpikir kita tidak mampu berfokus karena terlalu terpaku pada gawai, tapi kenyataannya lebih mengkhawatirkan: fokus kita dicuri oleh kekuatan eksternal yang sangat besar, sehingga kita rentan terhadap perusahaan yang bertekad merampas perhatian kita demi keuntungan.
Terdapat 12 penyebab mendalam dari krisis ini, mulai dari menurunnya pengembaraan pikiran hingga meningkatnya polusi. Buku ini berisi kisah tentang para pembangkang Silicon Valley yang belajar meretas perhatian manusia, juga dokter hewan yang mendiagnosis anjing dengan ADHD. Buku ini menjelajahi favela di Rio de Janeiro, tempat semua orang kehilangan perhatian, dan sebuah kantor di Selandia Baru yang menemukan teknik luar biasa untuk memulihkan produktivitas pekerja.
Yang terpenting, buku ini menunjukkan cara merebut kembali fokus kita—sebagai individu, dan sebagai masyarakat—jika kita bertekad untuk memperjuangkannya.

Buku Stolen Focus-nya Johann Hari ini, bisa menjadi rujukan bagi pemahaman kita, alasan Australia mengambil kebijakan tersebut. Sesuai dengan judulnya, yang jika diterjemahkan menjadi Fokus yang Dicuri, gawai dalam buku ini dituduh menjadi biangkerok dari menurunnya fokus yang dialami oleh kita, seluruh umat manusia, lebih jauh lagi penurunan kualitas kesehatan mental yang terutama menimpa anak-anak dan remaja.
Perusahaan teknologi yang menawarkan beragam aplikasi media sosial secara gratis, memang menyasar kita selaku pengguna (user) agar menggunakan aplikasi tersebut secara terus menerus selama 24 jam sehari. Kita, selaku pengguna adalah sumber komoditi mereka. Semakin sering kita menggunakan aplikasi mereka, semakin banyak pendapatan yang akan mereka peroleh melalui banyaknya tayangan iklan yang ditampilkan dalam lini masa pengguna aplikasi media sosial mereka.
Teknologi persuasif (persuasive technology) yang mereka-para pemilik perusahaan teknologi-gunakan untuk menggiring pengguna agar betah berlama-lama menggunakan aplikasi mereka. Teknologi persuasif merupakan salah satu mata kuliah di Universitas Stanford yang melandaskan diri pada teori psikologi behaviorisme B.F Skinner. Yang intinya, semakin sering dan banyak like/love yang pengguna peroleh di postingan mereka, semakin sering dan lama pengguna bertahan menggunakan aplikasi tersebut. Like/love menjadi ganjaran (reward) bagi pengguna agar terus meningkatkan penggunaan aplikasi tersebut baik secara durasi maupun frekuensi. Ini merupakan penerapan yang sempurna dari pengkondisian operan (operant conditioning) Skinner.
Apa yang bisa kita lakukan ? Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Johann Hari dalam bukunya menyarankan agar kita bersama-sama, sebagai warga negara, mendorong dibentuknya regulasi agar perusahaan teknologi mendesain aplikasi media sosial yang bisa memperingatkan penggunanya bahwa mereka sudah kebablasan dalam menggunakan media sosial tersebut, sekaligus memberi pengguna suatu fitur yang memberikan wewenang bagi penggunanya untuk mengontrol durasi dan frekuensi pemakaian aplikasi media sosial mereka.
Buku ini layak dibaca oleh kita selaku pengguna aplikasi media sosial agar kita bisa mawas diri dalam menggunakan aplikasi tesebut, sehingga kita bisa yakin bahwa kita yang mengontrol aplikasi tersebut, bukan aplikasi tersebut atau perusahaan teknologi yang mengontrol kita.
Karena penulis berlatar belakang Jurnalis, story tellingnya khas banget, baca non fiksi berasa baca fiksi. Pembaca disuguhi pengalaman penulis dalam mengupayakan bebas dari distraksi. Pengalaman personalnya membuat pembaca jadi makin lebih terhubung dan makin memahami bagaimana langkah melawan distraksi dan apa akibat distraksi pada cara kerja otak dan respon psikologis seseorang.
Penulis menemukan bukti-bukti dari sebab hilangnya fokus secara massal. Penulis menyebut adanya masalah pada sistem, dimana belum ada buku-buku dengan tema fokus yang membahas penyebab sebenarnya dari krisis perhatian kita. Penulis menyimpulkan ada 12 “kekuatan dahsyat” yang berperan merusak perhatian kita. Jika 12 hal ini mampu kita tanggulangi, tak menutup kemungkinan, dalam jangka panjang, kemampuan fokus kita akan semakin menguat. Dimulai dari pribadi, selanjutnya berimbas ke banyak pribadi, bergerak secara sistemis.
Aku suka sekali dengan buku ini, 5⭐️ deh. Cara penulis menggali sampai ke boroknya sistem dunia sungguh membuka mata dan membuatku ketawa pedih.
Membahas mulai dari laku pembacaan buku, matinya demokrasi akibat matinya rasionalitas penduduk dunia, ADHD, trauma inner child, krisis ekonomi, sampai mengorek optimisme kejam yang dilakukan buku laris self-help sehingga mengaburkan akar masalah dunia.
Dimulai dari terbiasa fokus, terbiasa pula melihat masalah secara sadar penuh, sehingga meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi masalah yang kemudian mempermudah mencari solusi.
(“Aku mencoba untuk hidup, tapi aku teralihkan.”)
-Johann Hari
Di era penuh notifikasi yang terus berdenting,
Stolen Focus hadir sebagai peringatan penting.
Johann Hari menulis dengan gaya yang tajam,
Mengupas bagaimana perhatian kita terbenam.
Buku ini membahas krisis fokus yang nyata,
Dari teknologi hingga gaya hidup yang serba tergesa.
Hari menjelaskan masalah ini bukan cuma personal,
Tapi sistemik, dalam skala global.
Setidaknya terdapat 3 mutiara yang saya petik dari pembahasan buku ini :
1. Hidup yang Terjebak Kecepatan
Hari menyebut, dunia kini seperti keran terbuka,
Membanjiri kita dengan informasi tanpa jeda.
Kita sibuk scrolling, lupa hidup yang bermakna,
Tenggelam dalam dunia maya yang memenjarakan jiwa.
2. Teknologi sebagai Pedang Bermata Dua
Teknologi bukan hanya alat bantu,
Tapi juga alat yang mencuri waktu.
Algoritma dirancang untuk menarik perhatian,
Membuat kita kecanduan tanpa sadar, kehilangan tujuan.
3. Solusi Kolektif yang Diperlukan
Hari menegaskan, masalah ini tak bisa diatasi sendiri,
Perubahan sistemik adalah kunci pasti.
Dari detox digital hingga pola hidup yang perlahan,
Ia menawarkan jalan keluar menuju keseimbangan.
Dengan gaya naratif yang kaya dan penuh makna,
Stolen Focus membuat pembaca merenungkan dunia.
Dari kisah pribadi hingga riset ilmiah yang mendalam,
Buku ini seperti obor di tengah kegelapan zaman.
“We cannot fix what we don’t face.”
(“Kita tidak bisa memperbaiki apa yang tidak kita hadapi.”)
Buku ini adalah ajakan untuk berhenti sejenak,
Merenungkan fokus yang perlahan memudar dan tenggelam.
Jika Anda merasa hidup teralihkan tanpa henti,
Stolen Focus adalah langkah awal untuk kembali menyadari.
Apakah Anda siap merebut kembali perhatian Anda yang hilang? Bacalah buku ini, dan temukan cara baru untuk benar-benar hadir di kehidupan Anda.