Berpikir yang Tidak Dipikirkan Orang Lain (The Art of Being Unreasonable)
Author: Eli Broad
Category: Business Management & Leadership, Lomba Ulasan Sewindu Bincang Buku
“Eli Broad memberitahu kita rahasia suksesnya dalam bisnis, filantropi, dan kehidupan―dia mengajukan pertanyaan yang tepat, mencari jawaban yang benar, dan tidak pernah berhenti berusaha sampai mendapatkan hasilnya.” ―Bill Clinton, Presiden Amerika Serikat ke-42
“Sebagai pencetak perusahaan sukses, Eli Broad tidak ada tandingannya, dan The Art of Being Unreasonable dengan jelas menunjukkan kenapa. Buku ini juga dengan tegas menyatakan bahwa tujuan utama kekayaan adalah pelayanan publik.” ―Bill Gates, Co-Chair Yayasan Bill & Melinda Gates dan Chairman Microsoft Corporation
“Buku ini mengajari Anda menjadi sukses dengan membengkokkan kenyataan.” ―Walter Isaacson, penulis Steve Jobs dan CEO Aspen Institute
No. GM :
624203006
ISBN :
978-602-06-7655-5
Price :
Rp 119,000
Total Pages :
250 pages
Size :
15 x 23 cm
Published :
27 March 2024
Format :
Soft Cover
Category :
Business Management & Leadership
, Lomba Ulasan Sewindu Bincang Buku
10 months ago
Ghina Hasna Afifa
10 months ago
Hidup di lingkungan yang konservatif sekaligus konvensional, seringkali aku merasa berada dalam suatu cetakan tertentu: ditempa sedemikian rupa untuk kemudian menjadi hasil—dalam hal ini pribadi—yang dikehendaki kebiasaan sekitar. Aku kerap merasa menyalahi aturan tak kasat mata dengan berpikir lain dari orang lain, mengambil tindakan yang berbeda dari rekan sejawat, seakan bisa kapan saja dihakimi atas sikap atau langkah yang kuambil berdasarkan pemikiran itu. Semata-mata karena tidak sesuai dengan cetakan. Kemudian aku bertemu buku ini dan berkenalan dengan sosok Eli Broad yang bahkan namanya belum pernah ku dengar atau rupanya belum pernah kulihat di media. Pun ulasan ini ditulis oleh seseorang yang bukan berasal dan tidak terlalu tertarik dengan bidang bisnis dan hanya ingin mencari insight soal ‘berpikir yang tidak dipikirkan orang lain’.
Eli Broad adalah seorang perintis, pebisnis, sekaligus seorang filantropi, itu terdengar biasa terlebih di Amerika Serikat sana. Namun, setelah kuselami halaman demi halaman buku ini, aku bisa tahu apa yang membuat beliau berbeda: pemikirannya. Beliau membagi kisahnya dalam membangun bisnis ‘Kaufman and Broad’, perusahaan pembangunan yang berfokus membangun dan menjual rumah. Broad punya intuisi canggih dalam berburu ceruk dalam suatu fenomena bisnis. Alih-alih putar balik ketika menemui ketidakmungkinan, Broad justru mempertanyakan, “mengapa tidak?” lalu menggagas hal yang tak pernah orang lain pikirkan, berpikir secara tidak masuk akal dengan seni. Hal yang kuingat betul dari kisah ini adalah tentang kita tak bisa menginginkan hal besar jika tidak mengambil risiko yang besar. Mengambil risiko besar bukan selalu berarti gegabah, karenanya beliau menekankan untuk selalu mengerjakan pekerjaan rumah dalam hal apapun—riset tentang bidang terkait, tren masa kini, catat hal-hal penting nan tidak kita ketahui—sebagai bagian dari mitigasi risiko dan perencanaan yang matang. Hal lain yang tak luput dari perhatianku adalah kesuksesan Eli Broad—selain berkat kerja kerasnya—juga merupakan buah dari sifat dermawan dan visionernya sebagai filantropis. Seperti kata pepatah, ‘Jika seseorang memberikan kebaikan kepada orang lain, maka kebaikan itu akan kembali kepadanya’. Broad tak segan menggelontorkan jutaan bahkan milyaran dolar asetnya untuk membantu kepentingan publik seperti mengembangkan kota, menyediakan wadah untuk karya seni dan para seniman, juga memperbaiki pendidikan daerah. Kata ‘kagum’ rasanya tidak cukup menggambarkan reaksiku ketika membaca buku ini. Lewat buku ini, Eli Broad mendorong pembaca untuk berani berpikir out of the box dan mengambil keputusan yang tidak diambil bahkan dipikirkan orang lain serta tak melepaskan prinsip improvisasi dan negosiasi ketika semuanya tak berjalan sesuai ekspektasi.
Dari sekian banyak hal yang saya petik, satu hal yang saya permasalahkan adalah penyampaian buku ini. Berlabel buku bisnis, saya justru mendapat kesan buku ini sebagai autobiografi yang secara rinci menggambarkan seluk-beluk Eli Broad dan pencapaiannya ditambah dengan sekelebat masa kecil dan kehidupan pribadinya. Sementara anggaplah pelajaran konkrit yang hendak disampaikan terkait dengan judulnya, intensitasnya justru berbanding jauh dari tutur tentang perjalanan hidupnya. Pemikiran orisinil penulis yang tertera secara eksplisit hanya ditemukan pada paragraph awal dan akhir sub bab. Ibarat menonton televisi, kita perlu ikut menyaksikan serentetan tayangan iklan sebelum menyaksikan film atau program yang ingin kita tonton pada awalnya: agak menyia-nyiakan waktu pembaca. Buku ini kurang pas jika yang dicari adalah ilmu dan gagasan praktikal secara eksplisit. Namun, jika anda adalah orang yang suka mempelajari hal dengan mengamati gaya hidup dan perjalanan seseorang, inilah yang anda cari.
Eli Broad adalah seorang perintis, pebisnis, sekaligus seorang filantropi, itu terdengar biasa terlebih di Amerika Serikat sana. Namun, setelah kuselami halaman demi halaman buku ini, aku bisa tahu apa yang membuat beliau berbeda: pemikirannya. Beliau membagi kisahnya dalam membangun bisnis ‘Kaufman and Broad’, perusahaan pembangunan yang berfokus membangun dan menjual rumah. Broad punya intuisi canggih dalam berburu ceruk dalam suatu fenomena bisnis. Alih-alih putar balik ketika menemui ketidakmungkinan, Broad justru mempertanyakan, “mengapa tidak?” lalu menggagas hal yang tak pernah orang lain pikirkan, berpikir secara tidak masuk akal dengan seni. Hal yang kuingat betul dari kisah ini adalah tentang kita tak bisa menginginkan hal besar jika tidak mengambil risiko yang besar. Mengambil risiko besar bukan selalu berarti gegabah, karenanya beliau menekankan untuk selalu mengerjakan pekerjaan rumah dalam hal apapun—riset tentang bidang terkait, tren masa kini, catat hal-hal penting nan tidak kita ketahui—sebagai bagian dari mitigasi risiko dan perencanaan yang matang. Hal lain yang tak luput dari perhatianku adalah kesuksesan Eli Broad—selain berkat kerja kerasnya—juga merupakan buah dari sifat dermawan dan visionernya sebagai filantropis. Seperti kata pepatah, ‘Jika seseorang memberikan kebaikan kepada orang lain, maka kebaikan itu akan kembali kepadanya’. Broad tak segan menggelontorkan jutaan bahkan milyaran dolar asetnya untuk membantu kepentingan publik seperti mengembangkan kota, menyediakan wadah untuk karya seni dan para seniman, juga memperbaiki pendidikan daerah. Kata ‘kagum’ rasanya tidak cukup menggambarkan reaksiku ketika membaca buku ini. Lewat buku ini, Eli Broad mendorong pembaca untuk berani berpikir out of the box dan mengambil keputusan yang tidak diambil bahkan dipikirkan orang lain serta tak melepaskan prinsip improvisasi dan negosiasi ketika semuanya tak berjalan sesuai ekspektasi.
Dari sekian banyak hal yang saya petik, satu hal yang saya permasalahkan adalah penyampaian buku ini. Berlabel buku bisnis, saya justru mendapat kesan buku ini sebagai autobiografi yang secara rinci menggambarkan seluk-beluk Eli Broad dan pencapaiannya ditambah dengan sekelebat masa kecil dan kehidupan pribadinya. Sementara anggaplah pelajaran konkrit yang hendak disampaikan terkait dengan judulnya, intensitasnya justru berbanding jauh dari tutur tentang perjalanan hidupnya. Pemikiran orisinil penulis yang tertera secara eksplisit hanya ditemukan pada paragraph awal dan akhir sub bab. Ibarat menonton televisi, kita perlu ikut menyaksikan serentetan tayangan iklan sebelum menyaksikan film atau program yang ingin kita tonton pada awalnya: agak menyia-nyiakan waktu pembaca. Buku ini kurang pas jika yang dicari adalah ilmu dan gagasan praktikal secara eksplisit. Namun, jika anda adalah orang yang suka mempelajari hal dengan mengamati gaya hidup dan perjalanan seseorang, inilah yang anda cari.
Arvig Budiatus Sholikhah
11 months ago
Cara pandang setiap orang berbeda. Pengalaman membuat pendapat-pendapat dan ide-ide baru berbeda satu sama lain. Situasi kondisi juga mempengaruhinya. Mencoba terus melakukan hal positif untuk meningkatkan segala aspek di depan memang sulit, tetapi tak menjadi alasan untuk berhenti dan pasrah. Hal baru sering kali diacuhkan tatkala berbeda dari kebiasaan yang sering dilakukan. Keberanianlah yang membuat hasil terbaik itu nyata. Buku ini hebat sebagai bahan belajar kalau perbedaan pendapat/ide sudah sebagaimana mestinya.
Sandika Wandara
11 months ago
Sebenarnya buku ini berjudul "The Art of Being Unreasonable: Lessons in Unconventional Thinking" karya Eli Broad, Namun diterjemahkan sebagai "Berpikir yang Tidak Dipikirkan Orang Lain", adalah panduan inspiratif dari seorang pengusaha sukses. Buku ini mengungkap bagaimana pendekatan "tidak masuk akal" dalam berpikir dapat membawa kesuksesan di berbagai bidang, mulai dari bisnis, filantropi, hingga seni.
Eli Broad membagikan pengalamannya dengan gaya yang lugas dan penuh wawasan, menekankan pentingnya keberanian untuk menantang norma, mempertanyakan status quo, dan mengambil risiko yang terukur. Buku ini tidak hanya menceritakan perjalanan kariernya, tetapi juga menawarkan prinsip-prinsip praktis untuk meraih hasil luar biasa dengan cara yang tidak konvensional.
Cocok untuk pembaca yang mencari inspirasi untuk berpikir di luar kebiasaan, terutama di dunia yang terus berkembang dan penuh tantangan. Singkatnya, buku ini adalah panduan bagi mereka yang ingin mencapai hal besar dengan keberanian dan visi yang berbeda.
Hormat saya,
TTD
Anak Muda
Eli Broad membagikan pengalamannya dengan gaya yang lugas dan penuh wawasan, menekankan pentingnya keberanian untuk menantang norma, mempertanyakan status quo, dan mengambil risiko yang terukur. Buku ini tidak hanya menceritakan perjalanan kariernya, tetapi juga menawarkan prinsip-prinsip praktis untuk meraih hasil luar biasa dengan cara yang tidak konvensional.
Cocok untuk pembaca yang mencari inspirasi untuk berpikir di luar kebiasaan, terutama di dunia yang terus berkembang dan penuh tantangan. Singkatnya, buku ini adalah panduan bagi mereka yang ingin mencapai hal besar dengan keberanian dan visi yang berbeda.
Hormat saya,
TTD
Anak Muda
Atau mungkin kalian ingin menjadi salah satu dari orang yang tidak masuk akal tersebut? Ya, jika kalian mencari atau ingin menjadi salah satu orang yang tidak masuk akal karena berpikiran berbeda, saya rasa buku karya Eli Broad yang berjudul: "Berpikir yang Tidak Dipikirkan Orang Lain" ini akan cocok untuk kalian baca.
Buku yang berisi 22 Bab ini akan membawa pembaca untuk menyelami perjalanan hidup Eli Broad dalam membangun karirnya, khusunya dalam bidang bisnis. Selain itu, buku ini juga berisi gagasan–gagasan Eli Broad dalam menyikapi sesuatu, salah satunya, "Seni Menjadi Tidak Masuk Akal". Di mana pada buku ini, pembaca diajak untuk berpikir yang tidak dipikirkan orang lain, yakni dengan cara membaca peluang yang ada di hadapan kita dan mencoba untuk keluar dari zona nyaman.
Selain itu, Eli Broad juga memberikan tips dan motivasi untuk kita dalam menjalankan bisnis, kegiatan filantropi, kegiatan dalam bidang pendidikan dan langkah–langkah dalam mengambil keputusan maupun perlakuan kita terhadap orang lain.
Beberapa kalimat yang saya suka dari buku ini, yakni:
1. Cara terbaik mengendalikan waktu adalah dengan mengetahui apa yang harus Anda lakukan.
2. Pilih isu yang menarik perhatian Anda, lakukan upaya untuk memperbaiki keadaan, kemudian berusahalah sebaik mungkin mewujudkan tujuan Anda.
Buku ini tak hanya berisi tentang kisah sukses Broad, tetapi juga masa–masa ups and down nya. Saya rasa, buku ini sangat cocok untuk dibaca kalangan pembisnis maupun umum yang ingin mendapatkan ilmu dan insight baru terkait dunia bisnis, filantropi, dan perjalanan hidup yang penuh makna