Conversations on Love
Author: Natasha Lunn
Category: Self-Improvement, Lomba Ulasan Sewindu Bincang Buku
"Buku yang mungkin akan mengubah hidup Anda." —Sunday Times
"Buku yang memukau dan penuh makna." —Pandora Sykes
Setelah bertahun-tahun merasa bahwa cinta selalu berada di luar jangkauan, jurnalis Natasha Lunn mencoba memahami bagaimana cinta bekerja dan berkembang sepanjang hidup. Dia menemui para penulis, terapis, tokoh budaya, dan pakar untuk mempelajari pengalaman mereka, mulai mendalami kompleksitas cinta, kemudian bertanya: Bagaimana kita menemukan cinta? Bagaimana kita mempertahankannya? Dan bagaimana kita bisa bertahan ketika kehilangannya?
Melalui dialog di buku ini, Lunn mengeksplorasi bentang emosi yang luas: sensasi cinta baru, kekuatan persahabatan yang saling peduli, ketegaran yang dibutuhkan saat kehilangan, dan dinamika hubungan jangka panjang yang terus berkembang. Lunn menekankan bahwa cinta mencakup jauh lebih dari sekadar hubungan romantis. Dia menyoroti pentingnya cinta platonis, ikatan keluarga, dan cinta diri.
Conversations on Love memiliki tiga bagian utama, yaitu: “Bagaimana Kita Menemukan Cinta?” (ini terutama bagi mereka yang masih melajang dan berharap bisa menemukan orang yang spesial), “Bagaimana Kita Mempertahankan Cinta?” (ketika kita sudah bersama dengan orang yang kita pilih namun mengarungi berbagai macam badai kehidupan), dan “Bagaimana Kita Bisa Bertahan Saat Kehilangan Cinta?” (ketika kita akhirnya kehilangan cinta dikarenakan alasan apapun). Dan sesuai dengan judulnya, buku ini di dalam tiap bagiannya berisikan cerita pengalaman pribadi si penulis terkait cinta, dan juga hasil dari wawancaranya dengan berbagai macam orang, yang bisa dikategorikan sebagai pakar dalam perihal hubungan antar manusia, terkait topik tersebut.
Membaca buku ini benar-benar memberikan pengetahuan baru, serta mengingatkan dan memperkuat pandanganku terkait cinta. Hal ini terutama karena sejujurnya boleh dikatakan saya merasa memiliki cukup banyak masalah terkait topik tersebut, dan ketika saya membaca buku ini, saya bisa menghubungkannya dengan kehidupan saya. Banyak hal menarik dan bermanfaat yang saya temukan dan akan saya sebutkan beberapa di antaranya:
1. Jangan mengharapkan orang lain untuk mengisi kekosongan dalam diri kita karena itu sebenarnya adalah tugas kita sendiri.
2. Iman pada Tuhan dapat membantu kita melepaskan kendali atas bagaimana kehidupan kita berjalan. Karena melepaskan kendali berarti meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi memang berjalan seperti seharusnya, sesuai dengan kehendak-Nya.
3. Seringkali, ketika orang lain bertanya padamu terkait suatu hal yang pribadi, itu bukan karena mereka sayang atau peduli padamu. Itu hanyalah bentuk rasa keingintahuan mereka saja.
4. Dengan memberikan pengampunan yang tulus pada orang yang melakukan kesalahan (terutama kesalahan besar) padamu dan membuatmu menjalani hari-hari yang berat, maka beban hidupmu akan terangkat daripadamu.
5. Masih ada orang yang menganggap remeh cinta keluarga. Mereka menganggap bahwa cinta tulus dari anggota keluarga mereka merupakan hal yang biasa saja.
6. Kita lebih cenderung menyakiti orang yang memiliki ikatan khusus dengan kita, dibandingkan dengan kita menyakiti orang yang tidak begitu akrab.
Dan masih banyak lagi hal lainnya yang saya pelajari dari buku ini, yang ingin saya bahasa dengan lebih mendetail lewat resensi saya nanti.
Kelebihan dari buku ini adalah pembaca tidak akan merasa digurui, karena baik penulis maupun orang yang diwawancara benar-benar hanya menceritakan segala sesuatu berdasarkan pengalaman mereka. Mereka tidak menghakimi orang-orang yang kisahnya berbeda dari mereka, atau menasihati orang lain bagaimana seharusnya orang bertindak. Mereka murni bercerita, dan tinggal bagaimana pembaca memaknainya saja. Apakah mau dicoba untuk diterapkan, atau sekadar jadi pengetahuan tambahan saja.
Kekurangannya mungkin hanya terkait hal teknis saja di mana saya menemukan cukup banyak saltik di beberapa bagian yang cukup mengganggu. Ini dikarenakan saltik tersebut mengganggu kelancaran dan pemahaman dalam proses membaca. Tapi tentunya saltik itu tidak menyurutkan semangat saya untuk terus membaca agar bisa segera tuntas. Semoga hal ini bisa diperhatikan dan diperbaiki di cetakan selanjutnya (saya membaca versi cetakan pertama).
Pada intinya, saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca, terutama oleh mereka yang ingin memahami lebih lanjut tentang cinta maupun mereka yang mengalami kesulitan terkait hal tersebut.
Natasha Lunn mewawancarai banyak pakar mulai dari psikolog, psikiater, konselor hubungan hingga penulis buku untuk mencari jawaban soal cinta. Selain itu, ia juga menuangkan pengalamannya terkait cinta, pernikahan, kehilangan sampai pengalamannya mengalami keguguran. Cinta ternyata bisa memiliki banyak lapisan, ruang hingga sekat yang begitu menarik untuk dibahas.
After years of feeling that love was always out of reach, journalist Natasha Lunn set out to understand how relationships work and evolve over a lifetime. She turned to authors and experts to learn about their experiences, as well as drawing on her own, asking: How do we find love? How do we sustain it? And how do we survive when we lose it? "What do you wish you'd known about finding love?
It's like mixing pain: sometimes when you mix two people together they make a horrible colour. Some people do bring out the absolute worst colours in you and, if that's the case, it's the relationship that's flawed, not you." (pg. 42)
Mencari dan menemukan cinta bisa menjadi perkara yang paling kompleks dalam hidup kita. Memiliki seseorang untuk dijadikan pendamping hidup pun bisa menjadi hal yang lebih rumit lagi. Perlu pemahaman yang lebih luas serta kedewasaan dalam berpikir agar tidak merasa cinta hanya menghadirkan luka/derita. Walau perjuangan mencari cinta tak mudah, tapi setiap proses dan fase yang dilewati bisa menghadirkan pengalaman yang bermakna.
"Everybody's relationship to love is different. Sometimes it is great; sometimes it isn't. New love is always exciting, but what happens after the newness of a relationship fades or dims is more beautiful to me. It's something that grows, where there is patience and humour, where you can be furious with someone and still love them." (pg. 105)
Melalui buku ini, Natasha mengeksplorasi cinta dari berbagai sudut pandang menarik. Dalam tiap sesi wawancaranya, dia juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mewakili rasa ingin tahu kita. Seperti soal apa saja hal yang bisa dilakukan untuk mempertahankan cinta, aspek apa saja yang perlu dipahami agar cinta bisa tetap utuh dan kuat, menyikapi hal-hal yang berubah dalam sebuah hubungan hingga pentingnya memahami diri sendiri sebelum menuntut orang terdekat kita untuk memahami kita.
"The most surprising thing is that when you find the right person, it's not a lot of work." (pg. 106)
Selain menuangkan hasil wawancara, Natasha juga membagikan pengalaman serta refleksi diri soal cinta dalam buku ini. Membaca buku ini menghadirkan perasaan hangat sekaligus makin mencerahkan wawasan. Ternyata pembahasan soal cinta bisa begitu luas dan ada banyak hal yang juga membuat kita cukup terkejut karena yang kita alami terkait cinta sebenarnya juga dirasakan dan wajar dialami oleh banyak orang lain di luar sana.
"Pleasure doesn't have to be a priority all the time, but if there are times when you decide that it does matter to you both, and you can find the courage to explore those places in each other, then your entire relationship transforms. You can feel more connected to each other - and even to your own humanity." (pg. 126)
Sains tentang seks juga dibahas di buku ini. Seks yang bukan cuma soal nafsu belaka, tetapi juga ada kaitannya dengan cara berkomunikasi dengan pasangan serta pastinya cinta dan ketulusan emosi. Siapa sangka perkara emosi punya pengaruh yang sangat kuat soal kenyamanan dalam hubungan intim.
Pertemanan, rasa kehilangan, rasa kesepian dan kehidupan tanpa cinta yang tak kunjung datang, semua topik tersebut dibahas dengan narasi yang begitu mudah dipahami. Banyak pemaparan yang sangat dekat dengan keseharian dan pengalaman hidup kita. Selain itu, berbagai tips dan kiat soal hubungan juga bisa langsung diaplikasikan dalam kehidupan kita.
"No meaningful relationship can be consistently easy. Even the closest friends will neglect or misinterpret each other, say the wrong thing, feel rejected by change when different life stages pull them apart." (pg. 157)
Hubungan dengan orang asing, kekasih hati, pasangan, teman, sahabat, orangtua hingga diri sendiri bisa menghadirkan banyak pengalaman dengan suguhan perjalanan yang beragam. Menyikapi perubahan sikap orang terdekat hingga perubahan hubungan yang menuju ke arah yang tak diduga bukan hal mudah, tapi selalu ada cara untuk memahami semuanya dengan cara pikir yang lebih positif.
Masuk dalam Top Ten Sunday Times Bestseller, Conversations on Love bisa menjadi salah satu buku yang menghadirkan perubahan baru dalam hidup kita. Banyak lapisan menarik dan membuka wawasan terkait cinta yang bisa kita dapatkan di buku. Kalau kita sering merasa gagal, sedih/putus asa dalam menjalin hubungan, buku ini bisa menghadirkan perspektif baru yang menguatkan diri kita.
Natasha Lunn mewawancarai banyak pakar mulai dari psikolog, psikiater, konselor hubungan hingga penulis buku untuk mencari jawaban soal cinta. Selain itu, ia juga menuangkan pengalamannya terkait cinta, pernikahan, kehilangan sampai pengalamannya mengalami keguguran. Cinta ternyata bisa memiliki banyak lapisan, ruang, hingga sekat yang begitu menarik untuk dibahas.
Judul: Conversations on Love
Penulis: Natasha Lun
Penerbit: Penguin Random House UK
Bahasa: Bahasa Inggris
After years of feeling that love was always out of reach, journalist Natasha Lunn set out to understand how relationships work and evolve over a lifetime. She turned to authors and experts to learn about their experiences, as well as drawing on her own, asking: How do we find love? How do we sustain it? And how do we survive when we lose it?
"What do you wish you'd known about finding love?
It's like mixing pain: sometimes when you mix two people together they make a horrible colour. Some people do bring out the absolute worst colours in you and, if that's the case, it's the relationship that's flawed, not you." (pg. 42)
Mencari dan menemukan cinta bisa menjadi perkara yang paling kompleks dalam hidup kita. Memiliki seseorang untuk dijadikan pendamping hidup pun bisa menjadi hal yang lebih rumit lagi. Perlu pemahaman yang lebih luas serta kedewasaan dalam berpikir agar tidak merasa cinta hanya menghadirkan luka/derita. Walau perjuangan mencari cinta tak mudah, tapi setiap proses dan fase yang dilewati bisa menghadirkan pengalaman yang bermakna.
"Everybody's relationship to love is different. Sometimes it is great; sometimes it isn't. New love is always exciting, but what happens after the newness of a relationship fades or dims is more beautiful to me. It's something that grows, where there is patience and humour, where you can be furious with someone and still love them." (pg. 105)
Melalui buku ini, Natasha mengeksplorasi cinta dari berbagai sudut pandang menarik. Dalam tiap sesi wawancaranya, dia juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mewakili rasa ingin tahu kita. Seperti soal apa saja hal yang bisa dilakukan untuk mempertahankan cinta, aspek apa saja yang perlu dipahami agar cinta bisa tetap utuh dan kuat, menyikapi hal-hal yang berubah dalam sebuah hubungan hingga pentingnya memahami diri sendiri sebelum menuntut orang terdekat kita untuk memahami kita.
"The most surprising thing is that when you find the right person, it's not a lot of work." (pg. 106)
Selain menuangkan hasil wawancara, Natasha juga membagikan pengalaman serta refleksi diri soal cinta dalam buku ini. Membaca buku ini menghadirkan perasaan hangat sekaligus makin mencerahkan wawasan. Ternyata pembahasan soal cinta bisa begitu luas dan ada banyak hal yang juga membuat kita cukup terkejut karena yang kita alami terkait cinta sebenarnya juga dirasakan dan wajar dialami oleh banyak orang lain di luar sana.
"Pleasure doesn't have to be a priority all the time, but if there are times when you decide that it does matter to you both, and you can find the courage to explore those places in each other, then your entire relationship transforms. You can feel more connected to each other - and even to your own humanity." (pg. 126)
Sains tentang seks juga dibahas di buku ini. Seks yang bukan cuma soal nafsu belaka, tetapi juga ada kaitannya dengan cara berkomunikasi dengan pasangan serta pastinya cinta dan ketulusan emosi. Siapa sangka perkara emosi punya pengaruh yang sangat kuat soal kenyamanan dalam hubungan intim.
Pertemanan, rasa kehilangan, rasa kesepian dan kehidupan tanpa cinta yang tak kunjung datang, semua topik tersebut dibahas dengan narasi yang begitu mudah dipahami. Banyak pemaparan yang sangat dekat dengan keseharian dan pengalaman hidup kita. Selain itu, berbagai tips dan kiat soal hubungan juga bisa langsung diaplikasikan dalam kehidupan kita.
"No meaningful relationship can be consistently easy. Even the closest friends will neglect or misinterpret each other, say the wrong thing, feel rejected by change when different life stages pull them apart." (pg. 157)
Hubungan dengan orang asing, kekasih hati, pasangan, teman, sahabat, orangtua hingga diri sendiri bisa menghadirkan banyak pengalaman dengan suguhan perjalanan yang beragam. Menyikapi perubahan sikap orang terdekat hingga perubahan hubungan yang menuju ke arah yang tak diduga bukan hal mudah, tapi selalu ada cara untuk memahami semuanya dengan cara pikir yang lebih positif.
Masuk dalam Top Ten Sunday Times Bestseller, Conversations on Love bisa menjadi salah satu buku yang menghadirkan perubahan baru dalam hidup kita. Banyak lapisan menarik dan membuka wawasan terkait cinta yang bisa kita dapatkan di buku. Kalau kita sering merasa gagal, sedih/putus asa dalam menjalin hubungan, buku ini bisa menghadirkan perspektif baru yang menguatkan diri kita.
seperti itu kira-kira gambaran besar Conversation On Love, banyak sekali bentuk cinta yang gak kita sadari. bagaimana menemukannya, mempertahankannya, meninggalkannya dan mengenangnya semuanya dijelaskan dalam buku ini dalam bentuk percakapan antara penulis Natasha Lunn dengan banyak narasumber dari berbagai elemen sudut pandang.
sewaktu saya dan suami memutuskan menikah di usia 24 tahun, semua teman-teman saya bertanya, bagaimana mana kamu yakin kalo dia orang yang tepat, kalau dia jodohmu ? kenapa 3 tahun sudah cukup bagi saya untuk yakin ?
sewaktu itu saya gak bisa jawab, kami berdua juga bingung.
ternyata pertanyaan yang saya gak bisa jawab itu, dijawab oleh Philippa Perry dalam wawancaranya bersama Natasha Lunn.
kata Philippa Perry
“ Tak seorang pun cocok bagi orang lain. sebenarnya hal yang membuat seseorang menjadi sosok yang tepat adalah komitmen. Lalu, saat kita saling berkomitmen dan melakukan dialog yang jujur, artinya kita mengizinkan orang lain untuk mempengaruhi kita dan mereka mengizinkan kita memengaruhi mereka. kita bukan benda yang kaku dan tidak berubah. kita saling mempengaruhi. seperti dua batu yang bergesekan satu sama lain hingga akhirnya pas. kita memiliki ketertarikan seksual pada tahun-tahun awal, lalu sesuatu yang lebih mendalam terjadi. Alih-alih menjalin hubungan dengan fantasi kita tentang seseorang, kita mulai menjalin hubungan yang nyata dengannya, kita saling mempengaruhi hingga akhirnya kita mengenal satu sama lain. dan mengenal mereka berarti mencintai mereka. Jadi, kita menjadikan seseorang sosok yang tepat dan tepat bagi setiap orang dalam kehidupan nyata, hal itu harus dibentuk dalam sebuah hubungan. itulah sebabnya, hubungan menjadi lebih baik, karena kita saling mempengaruhi.”
Gak mudah untuk menemukan orang yang bersedia untuk saling mempengaruhi, putusnya hubungan juga jadi salah satu topik yang diangkat oleh Natasha Lunn dalam wawancaranya dengan Sarah Hepola. Setelah melalui masa sulit karena perpisahan dengan mantan kekasihnya, ia bertemu kembali setelah beberapa tahun, tapi Sarah masih bisa melihat bahwa mantannya bukanlah pasangan yang baik. sebelumnya ia tidak pernah terpikir bahwa ia bisa merasa sangat beruntung saat di tinggalkan oleh seseorang, dan semakin dewasa ia memahami bahwa hal-hal yang kita inginkan gak selamanya baik untuk kita.
Natasha Lunn juga membagikan kisah pencarian cinta romantis di umur 30 tahunnya yang tak kunjung berhasil, namun pesta ulang tahunnya menyadarkannya akan cinta yang lain. di usianya yang ke 30 tahun, teman-teman dan keluarganya bernyanyi, menari dan tertawa bersamanya, mencurahkan cinta mereka yang terpancar dalam kepekaan seorang teman, kepercayaan sahabat, cinta dalam hati besar sang ibu dan kelembutan sang ayah, serta cinta dalam pengalaman yang dialami dalam karier bersama kolega dan rekan-rekannya. Malam itu bukan hanya membuat Natasha Lunn sadar bahwa hidup penuh berbagai bentuk cinta, tapi bahwa kemampuan untuk mencintai ada di dalam diri kita masing-masing, dan tugas kita untuk memanfaatkanya. Daripada menunggu cinta, aku bisa memilihnya.
”Aku bisa memperhatikan, mendengarkan, dan memberikan perhatian yang lebih baik kepada orang-orang yang sudah ada dalam hidup ku. Aku melihat bahwa pencarian akan cinta telah mengalih perhatian dari hal yang sesungguhnya kucari. “
Proses pencarian cinta romantis sama sulitnya dengan mempertahankanya. teman-teman pasti gak jarang dengar “ walaupun sudah pacaran atau tinggal bersama, ternyata setelah menikah ada banyak hal baru yang saya ketahui dari pasangan “ bukan karena pasangan kita berbohong, ini ada penjelasannya. Pertanyaan ini di jawab oleh Mira Jacob. Ia mengatakan bahwa
“mengenal seseorang adalah cerita yang tidak pernah berakhir. pasangan masih bisa menjadi misteri bagi kita, bahkan setelah bertahun-tahun mengenalnya. dan dengan menerima hal itu, kita bisa jatuh cinta lagi dan lagi. Perubahan terjadi secara konsisten dan terus menerus dalam hubungan. jadi, ketika kita memilih pasangan, yang sesungguhnya terjadi adalah kita memilih bagaimana kita menghadapi perubahan dengan dan bersama mereka. seperti halnya diri kita, pasangan kita juga selalu menjalani proses. sebagai seseorang yang mencintainya, tugas kita adalah untuk terus mengenalnya, untuk terus ingin tau. begitu pula sebaliknya. Bagi Mira Jacob, maksud dari pernikahan adalah hadir untuk mau mengenali kembali seseorang secara terus menerus.”
Selama baca berbagai sudut pandang orang-orang mengenai cinta, saya jadi tercerahkan atas jawaban-jawaban narasumbernya. Cinta yang saya kutip di review ini adalah salah satu bentuk cinta romantis, tapi sebenarnya yang paling menyentuh saya adalah cinta terhadap saudara. Dari saat mereka lahir, saudara laki-laki dan perempuan kita adalah teman kita, teman berkonspirasi, teman yang menjadi contoh buat kita, pasangan kita datang jauh lebih lambat dalam hidup kita, orang tua kita jauh lebih dulu dan mungkin akan meninggalkan kita lebih dulu. saudara kita, mungkin satu-satunya orang yang kita kenal yang benar-benar masuk kualifikasi sebagai teman seumur hidup.
cinta antar saudara tidak pernah tersampaikan, tidak mengharuskan kita untuk berbagi segalanya agar tetap dekat. tapi, meskipun tanpa detail-detail tersebut, saudara satu sama lain punya cara tersendiri mengenal kita dengan baik lebih dari orang lain.
saya dulu gak suka sama adik-adik saya, mereka “lemah” gak sama kuatnya seperti saya,ya karena mereka lebih muda 4-10 tahun dari saya. Tapi setelah kami ada di fase yg sama, sama-sama remaja entah bagaimana kami malah jadi semakin dekat, ternyata kami punya keluhan yang sama, cerita lucu yang sejenis, dan masih banyak lagi hal-hal yang lebih seru dibahas bersama saudara, walaupun jarak umur kami jauh.
saya harap teman-teman yang baca buku ini, jadi bisa menyadari ada banyak sekali cinta di sekeliling kita. mungkin sekarang ada teman-teman yang belum bertemu dengan cinta romantisnya, atau belum dikaruniai anak. tenang aja, kita gak akan kekurangan cinta atau kekurangan “tempat” untuk menyalurkan cinta. ada banyak sekali bentuk cinta, seperti Ayisha Malik yang meletakkan cinta pada Iman nya di atas cinta yang lain. - Mataharipagipagi
Hal yg mengena buat aku di buku ini ada banyak, tapi aku share beberapa saja ya, yaitu:
1. Cinta seharusnya tidak menyedihkan, tidak membuatmu menangis, kalau iya maka mungkin kamu sedang dalam hubungan yg menghabiskan waktu atau toxic, coba untuk cek kembali hubunganmu.
2. Tidak ada orang yg benar-benar cocok satu sama lain. Cinta bisa cocok karena adanya komitmen, mereka saling berkomitmen untuk tetap bersama dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga lama kelamaan menjadi cocok.
3. Semua org pasti pernah single atau jomblo. Tidak ada orang yg begitu lahir langsung sudah punya pacar. Seiring bertambah dewasa kita merasa kesepian saat malam minggu karena sahabat kita pergi dengan pacar mereka masing-masing dan kita merasa seperti manusia menyedihkan di dunia yg hanya di rumah saja, tidak semua orang berpikiri begini, tapi pasti ada saja makanya dibahas di buku ini. Ternyata, yg salah adalah pemikiran kita yg menciptakan cerita-cerita sedih kalau kita tidak sama seperti orang lain yang malam minggu tidak bareng pacar. Padahal saat malam weekdays seperti malam senin, selala, rabu dll kita baik-baik saja seharusnya malam minggu pun kita baik-baik saja.
Terimakasih tim Gramedia sudah terjemahkan buku ini. Enjoy saat baca buku ini karena banyak hal yg bisa didapatkan. Sekian dan terimakasih.
#SewinduBincangBuku
IG: @stefhanicw
Tiktok: @fhanichewy