
The Hidden Habits of Genius: Saat IQ, Bakat dan Ketekunan Tak Lagi Cukup
Author: Craig Wright
Category: Self-Improvement, Lomba Ulasan Sewindu Bincang Buku
EINSTEIN BEETHOVEN PICASSO STEVE JOBS
KATA GENIUS MENGINGATKAN KITA PADA TOKOH-TOKOH TERNAMA INI, YANG KONTRIBUSINYA TELAH IKUT MEMBENTUK MASYARAKAT.
Namun, Beethoven tidak pandai berhitung. Picasso tidak lulus ujian matematika saat kelas 4 SD. Dan nilai kelulusan SMA Steve Jobs tidak terlalu tinggi. Bagaimana kita mengaitkan kenyataan itu dengan cara kita mengukur kesuksesan dan pencapaian kita saat ini? Mengapa kita mengajari anak untuk berperilaku dan bertindak sesuai aturan, padahal para genius yang transformatif justru melakukan hal sebaliknya? Dan apa sebenarnya arti genius?
Profesor Craig Wright, pencipta “Kursus Genius” yang populer di Universitas Yale, mengabdikan lebih dari dua dekade untuk menyelidiki ciri-ciri seorang genius. Dengan meneliti kehidupan individu-individu transformatif seperti Marie Curie, Leonardo da Vinci, dan Einstein, Wright mengidentifikasi lebih dari selusin hal yang mendorong kegeniusan—karakteristik dan pola perilaku yang umum didapati pada para pemikir besar sepanjang sejarah.
Wright berpendapat kegeniusan bukan sekadar kecerdasan dan etos kerja; jauh lebih kompleks dari itu. Wawasan cemerlang yang mengubah dunia tidak datang secara tiba-tiba, tapi merupakan hasil dari cara berpikir yang unik dan proses yang panjang. Yang terpenting, kebiasaan berpikir yang menghasilkan pemikiran dan penemuan hebat dapat dipelajari serta dikembangkan. Buku ini tidak akan menjadikan Anda genius. Namun, mengetahui hal-hal yang tidak diketahui dari para genius akan membuat Anda lebih strategis, kreatif, sukses, dan, pada akhirnya, bahagia.
Terlepas dari label orang-orang yang luar biasa, Seperti apakah kehidupan dan kebiasaan mereka ?
Bagaimana kita bisa mendapat inspirasi dari mereka? Buku ini salah satu yang akan menginspirasi kamu.????
Begitu banyak pengetahuan baru yang aku peroleh, dan aku bingung mau membagikan yang mana.????
Pertama Buku ini terdiri dari 14 Bab.
Penulis menganalisis sangat dalam para genius masa lalu. Antara lain : Jeff Bezos, Marie Curie, Picasso, Beethoven, Jack Ma, Thomas Edison, Steve Jobs, Albert Einstein dan masih banyak lagi.
Bab 1 Bakat atau Kerja Keras?
Siapa yang udah menebak jawabannya Kerja keras? Yap kurang lebih seperti itu. Disebutkan "Yang membedakan orang berbakat dan orang sukses adalah banyak kerja keras." Jadi percuma kalo punya bakat, tapi tidak diasah, bakat hanya akan terpendam.
Setiap bab lumayan banyak yang dibahas, dalam bab 1 juga dijelaskan kualitas pribadi untuk sukses sebagai penulis.
Bab 1 juga penulis mengkritisi buku fenomenal best seller seperti "Thinking, Fast and Slow", "the Trouble with Geniuses" dan "Genius the Modern View."
Bab 2 Genius dan Gender
Membahas perbedaan perlakuan ke genius laki-laki dan perempuan. Banyak wanita hebat yang sering dilupakan atau tidak diulas oleh sejarah.
Temukan keseruan bab 3 -14 saat kalian membaca buku ini.
Pesan : Ide kreatif sering muncul saat kamu dalam keadaan rileks. Jadi atur waktumu sebaik mungkin. Ada waktunya kamu produktif, ada waktunya kamu mengistirahatkan diri.
Find your peace✌️????
Aku rekomendasiin buat kalian yang ingin menambah insight dari masa lalu para genius. Buku ini jelas bukan buku sekali duduk, bisa dibaca pelan-pelan friends
Take your time and enjoy your journey.????????
Tapi itu semua berubah setelah saya membaca buku ini.
Salah satu kriteria jenius dari buku ini yang masih membekas dalam benak saya adalah perihal konsep penciptaan. Setiap orang jenius MAMPU untuk menciptakan sesuatu yang BARU. Tidaklah seseorang menjadi genius ketika dia cepat belajar, gesit dalam menghitung, hingga mampu mengingat banyak hal. Jenius sangat jauh dari konsep tersebut.
Saya menyadari bahwa setiap orang, baik itu saya, Anda, ataupun orang lain, memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi jenius. Einstein, Edison, Musk, DaVinci, dan orang hebat lainnya menjadi jenius di usia yang berbeda-beda karena pengalaman dan pengetahuan kolektif yang berbeda. Walau demikian, orang-orang tersebut memiliki beberapa kesamaan: Berimajinasi seperti anak kecil, memiliki rasa ingin tahu serta keinginan mengulik yang kuat, dan memiliki minat untuk mendobrak aturan lama. Dari beberapa hal pendukung cikal bakal inovator sebelumnya, saya yakin adalah hal-hal yang bisa ditanamkan dari sekarang, tidak hanya pada anak Anda tetapi juga pada Anda sendiri.
Tentu tidak ada buku yang sempurna, termasuk juga buku ini. Pertama, saya merasa buku ini sangat dominan dalam menggunakan data kualitatif untuk melihat pola psikologis orang jenius. Padahal, data kuantitatif dapat mempertegas argumen-argumen penulis sehingga generalisasi yang dilakukan dapat bersifat lebih representatif. Saya agak khawatir dengan beberapa generalisasi kesimpulan yang dilakukan oleh penulis. Kedua, saya agak ganjal dengan bab menuju akhir mengenai perilaku anti aturan dari orang jenius berkarakter buruk. Saya mengerti bahwa topik tentang "jenius menantang status quo" adalah hal yang menarik. Namun, bagaimana dengan dinamika anti aturan dari jenius-jenius lain yang masih memiliki empati? Saya rasa itu menarik untuk dibahas dan memperkaya wawasan pembaca bahwa jenius tidak melulu orang "terpilih" yang bengis.
Saya merasa buku ini adalah buku yang sangat cocok sebagai titik awal dalam menyelami dunia kecerdasan. Buku ini cukup menjawab pertanyaan mendasar saya mengenai watak orang jenius—sebuah konsep yang sangat penting dipahami sebelum berbicara mengenai interaksi kerja keras dan faktor biologis dalam konteks belajar. Singkat kata, penggambaran isi dan judul buku ini berhasil membawa perspektif segar bagi saya: Akan ada momen dimana IQ, bakat, dan ketekunan tidak cukup dalam menjelaskan keberhasilan seseorang dalam belajar serta hidup.