Diplomasi Santri
Author: Dr. Arifi Saiman, M.A.
Category: Social Sciences
Kaum santri yang dalam kesehariannya berpenampilan sederhana, bahkan terkesan kolot dan tradisionalis, sejatinya adalah kumpulan manusia cerdas dan berilmu tetapi tetap rendah hati. Di balik keluhuran sifat dan perilaku tersebut, kaum santri memiliki kemampuan luar biasa dan mumpuni di luar bidang keahliannya (agama), salah satunya di bidang diplomasi. Dalam konteks diplomasi, kaum santri telah menorehkan tinta emas antara lain melalui Komite Hijaz pada 1920-an untuk menyikapi perkembangan situasi di tanah Hijaz Arab Saudi pada masa pemerintahan Raja Ibnu Sa’ud dan melalui misi diplomasi membantu penyelesaian konflik di Thailand Selatan pada dekade pertama abad ke-21. Kepiawaian kaum santri dalam berdiplomasi menambah sempurna keahlian di bidang ilmu agama yang selama ini menjadi icon khas sosok santri dalam ranah kehidupan sosial kemasyarakatan.
Melalui buku Diplomasi Santri, Pak Arifi ingin memberikan pesan bahwa seorang santri bisa berkarier di mana saja, bahkan di luar negeri sebagai diplomat pembawa bendera bangsa. Selama ini santri sering dianggap berjarak dengan diplomasi. Padahal sejatinya sejak prakemerdekaan peran santri dan kiai (ulama) sangat besar, seperti yang dilakukan oleh KH Hasyim Asyari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Agus Salim, Buya Hamka, dan masih banyak lagi. Mereka adalah ulama yang melakukan diplomasi untuk mewujudkan negara Indonesia. Di masa kini, legacy para diplomat santri terdahulu dilanjutkan oleh Pak Arifi sesuai dengan tantangan zamannya.
—M. Hatta Rajasa
Menteri Negara Riset dan Teknologi (2001-2004), Menteri Perhubungan (2004-2007), Menteri Sekretaris Negara (2007-2009), dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia (2009-2014)
Diplomasi tidak lepas dari kearifan lokal yang dibawa oleh agen hubungan internasional yang disebut sebagai diplomat. Sebagai seorang diplomat yang telah malang melintang di berbagai negara, Arifi Saiman membawa warna dalam berdiplomasi. Warna ini adalah warna santri di mana Arifi Saiman pernah menjadi salah satunya. Mengedepankan sisi kemanusiaan adalah ciri seorang santri meski nuansa pendidikan adalah pengabdian kepada Allah SWT. Saya sangat menganjurkan buku ini dapat menjadi referensi bagi para praktisi hubungan internasional dan para mahasiswa serta masyarakat yang memiliki ketertarikan pada dunia diplomasi.
—Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., LL.M., Ph.D.
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi