
Tak Apa-Apa Jika Harus Berhenti
Author: Julia Keller
Category: Self-Improvement, Lomba Ulasan Sewindu Bincang Buku
“Jika Anda berpikir untuk berhenti bekerja atau bercerai, jangan—setidaknya sebelum Anda membaca buku ini.” ―Joseph T. Hallinan, jurnalis pemenang Pulitzer dan penulis buku best seller Why We Make Mistakes
Ingin berhenti? Bagus. Belajarlah menjalani hidup tanpa rasa takut—di tempat kerja, di rumah, dalam menjalin relasi.
Scottie Pippen, mantan bintang NBA, menolak untuk kembali turun ke lapangan. Pangeran Harry dan Meghan Markle keluar dari keluarga kerajaan. Jutaan orang keluar dari pekerjaan mereka untuk mencari kebahagiaan dan kesuksesan sesuai definisi mereka masing-masing. Apakah ini suatu kesalahan? Julia Keller, jurnalis pemenang Pulitzer, tidak berpendapat demikian. Dan nyatanya, bisa jadi pilihan ini justru menyelamatkan hidup Anda.
Dalam buku ini, Keller membongkar mitos ketekunan sampai ke akarnya. Karena tidak selamanya tabah itu bagus. Bertahan tidak selalu membuahkan hasil. Dan berhenti malah bisa menjadi wujud cinta pada diri sendiri. Tak Apa-Apa Jika Harus Berhenti mengingatkan Anda bahwa untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan memuaskan, Anda harus mampu berkata “tidak”— berhenti total. Anda akan mengetahui: • seni berhenti sementara; • cara memanfaatkan berhenti untuk memunculkan terobosan-terobosan penting; • mengapa Anda tidak bisa sukses jika hanya mengandalkan apa yang Anda miliki; • cara mengelola rasa bersalah dan malu.
Karya ini merupakan hasil serangkaian penelitian ilmiah mutakhir dan percakapan dengan orang-orang yang telah membuat perubahan besar dalam hidup mereka. Keller membuat Anda percaya diri untuk berhenti.

Lewat Tak Apa-Apa Jika Harus Berhenti, Julia membuka ruang bagi kita untuk berdamai dengan keputusan yang sering kita hindari. Bahasanya sederhana, tapi isinya menyentuh—seperti teman yang berkata, “Tidak apa-apa, kamu boleh istirahat.” Buku ini terasa dekat karena mengingatkan kita bahwa kehidupan tidak harus selalu tentang mengejar, membuktikan, atau memaksakan diri.
Yang menarik adalah bagaimana penulis menguraikan "berhenti" sebagai proses yang penuh kesadaran. Berhenti dari pekerjaan yang menyiksa, hubungan yang tidak sehat, atau bahkan berhenti sejenak dari rutinitas yang membuat kita kehilangan arah. Julia menekankan bahwa memilih berhenti adalah bentuk keberanian untuk memulai sesuatu yang lebih baik, meski jalannya tidak selalu mudah.
Ada satu kalimat yang membuat saya berhenti membaca sejenak: “Kadang kita harus berhenti, bukan karena kita tidak mampu, tapi karena kita ingin memberi ruang bagi sesuatu yang lebih penting.” Kalimat itu sederhana, tapi sangat dalam. Terkadang kita lupa bahwa berhenti bukan berarti diam—berhenti adalah cara untuk melangkah dengan arah yang lebih jelas.
Buku ini cocok dibaca siapa saja yang merasa lelah terus berlari tanpa tahu tujuannya. Julia Keller mengajak kita merenung bahwa kita tidak harus selalu kuat, tidak harus selalu menang, dan tidak harus selalu berjalan cepat. Berhenti itu wajar, dan kadang itulah yang kita butuhkan untuk memulai kembali dengan versi diri yang lebih tenang.
Bagi saya, buku ini adalah pengingat lembut bahwa berhenti bukan akhir dari segalanya—justru bisa jadi awal dari kehidupan yang lebih kita inginkan.✨????


Buku ini tampaknya mendorong pembaca untuk memiliki keberanian untuk membuat perubahan, mendefinisikan ulang makna sukses dan kebahagiaan secara personal, dan mengatasi rasa takut akan perubahan.
Buku ini nampaknya cocok untuk mereka yang sedang mempertimbangkan perubahan besar dalam karier, hubungan, atau kehidupan pribadi, dan membutuhkan dorongan motivasional untuk mengambil keputusan sulit.
Hormat saya,
TTD
Anak Muda
Di usia saya yang ke 25 tahun ini, saya membuat keputusan besar untuk resign setelah bekerja selama lebih dari 3 tahun. Hal ini dikarenakan saya merasa pekerjaan yang saya lakukan benar-benar menguras fisik dan mental, dan saya tidak bisa meluangkan waktu untuk refleksi diri dan beristirahat. H+1 setelah berhenti dari pekerjaan bukannya merasa lega, tetapi saya merasakan kehampaan dan kebingungan dengan apa yang harus dilakukan. Padahal banyak sekali hal yang sudah saya tulis untuk dilakukan setelah berhenti bekerja. Pikiran apakah keputusan yang saya perbuat salah atau tidak juga terus menghantui saya.
“Tak Apa-Apa Jika Harus Berhenti” karya Julia Keller mampu membuka pandangan saya lebih positif tentang berhenti dari pekerjaan. Menurut penulis, berhenti dari suatu hal bukanlah bentuk dari kegagalan, justru itu adalah bentuk mencintai diri kita sendiri dan dari situ kita dapat menemukan kembali passion atau minat kita yang tidak sempat dilakukan kembali. Buku ini juga menjelaskan bahwa mengambil jeda sejenak untuk beristirahat dari rutinitas yang penat justru dapat mengurangi stres dan meningkatkan kreativitas kita. Apa yang ditulis di buku ini mampu mem-validasi keputusan saya untuk berhenti sejenak dari pekerjaan yang sudah saya lakukan. Perasaan bersalah saya berganti dengan perasaan tenang setelah membaca buku ini.
Buku ini tergolong baru karena terbitnya pada tanggal 13 Oktober 2024. Dengan tebal buku sebanyak 346 halaman, Julia Keller mencoba membuka pemikiran kita lebih luas untuk bagaimana memulai kembali suatu hal dalam kehidupan dengan perasaan yang lebih semangat. Saya rasa, buku ini sangat cocok bagi kalian yang merasakan perasaan yang sama dengan saya. Tapi buku ini akan lebih cocok lagi bagi kalian yang sedang bimbang untuk berhenti atau tidak dari suatu hal ataupun takut untuk melakukan perubahan. karena kedua keputusan tersebut adalah keputusan yang besar. Dengan membaca buku ini, pandangan terkait berhenti dari suatu hal dan melakukan perubahan dalam hidup akan lebih luas, serta bermanfaat untuk pengambilan keputusan kalian selanjutnya.