Pembusukan Demokrasi
Author: Pius Pandor, CP
Category: Philosophy
Buku ini menawarkan argumen terkait persoalan representasi populis dan strategi politik yang kaum populis lakukan dalam mentransformasi makna rakyat, mayoritas, dan pemilihan perwakilan. Dengan menggunakan lensa diarki dan realisme politik, buku ini menyimpulkan bahwa representasi populis melanggar batas luar nilai-nilai demokrasi (kebebasan, pluralisme, dan kesamaan).
“Tata politik itu dari kodratnya harus autentik dan akuntabel. Populisme dapat mengaburkan keduanya. Kepentingan buku Pius Pandor ini berada dalam domain konteks politik negeri ini yang di sana-sini didera kekaburan. Tak ayal lagi, buku ini menjadi bacaan wajib bila ingin mengembalikan politik bangsa kita ke ranah akuntabilitas dan autentisitasnya.”
—Prof. Dr. FX. Armada Riyanto
Profesor dalam bidang filsafat politik di STFT Widya Sasana Malang
“Populisme menyajikan dilema bagi demokrasi: di satu sisi ia mendegradasi pranata politik formal, di lain sisi ia bisa mengartikulasikan general will yang menuntut perubahan. Ia sering dipakai sebagai instrumen manipulatif para autokrat, tapi sesekali ia juga muncul dalam imajinasi politik demokrasi. Buku yang ditulis Pius Pandor ini memikirkan batasbatas populisme dan memeriksa implikasinya terhadap demokrasi melalui pemikiran ahli politik dari Italia, Nadia Urbinati. Buku ini hadir di saat yang tepat untuk Indonesia, yang politiknya menjadi ladang subur kaum populis. Dimulai sebagai studi ilmu filsafat, buku ini juga sangat relevan untuk mereka yang berminat dalam ilmu politik dan sosiologi.”
—Dr. Robertus Robet
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta
“Dua kontribusi utama buku Pius Pandor: Pertama, dari segi isi, buku ini adalah literatur politik pertama dalam bahasa Indonesia yang membahas ambivalensi populisme di tengah gemerlap proyek demokrasi. Kedua, dari segi pendekatan, buku ini adalah sebuah kajian pertama dalam bahasa Indonesia yang menggabungkan pendekatan filsafat politik (normative political theory) yang berfokus pada soal-soal normatif (das Sollen) dan ilmu politik (empirical political theory) yang berfokus pada realitas empirik politik (das Sein). Apakah penulis berhasil membedah demokrasi dengan gabungan dua disiplin ilmu yang berbeda itu? Jawabannya ada di dalam buku ini.”
—Dr. Phil. Norbertus Jegalus, M.A.
Alumnus Geschwister-Scholl-Institut fur Politikwissenschaft,
Ludwig-Maximilian-Universitat, Munchen, Jerman
“Dalam konteks Indonesia, di mana populisme semakin mengakar, buku ini menjadi referensi yang sangat relevan bagi para akademisi, praktisi politik, dan pembuat kebijakan yang ingin memahami lebih dalam fenomena populisme dan implikasinya bagi demokrasi.”
—Yanuar Nugroho, Ph.D.
Dosen STF Driyarkara Jakarta; Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI 2015–2019